Minggu, 01 Desember 2013

Pengkondisian Berpenguat Skinner



“Bayi mengocok mainan, anak lari dengan sepatu roda, dan ilmuwan mengoperasikan siklotron. Semuanya diperkuat oleh hasil”

Banyak  teori tentang belajar yang telah berkembang mulai abad ke 19 sampai sekarang ini. Pada awal abad ke-19 teori belajar yang berkembang pesat dan memberi banyak sumbangan terhadap para ahli psikologi adalah teori belajar tingkah laku (behaviorisme) yang awal mulanya dikembangkan  oleh psikolog Rusia Ivan Pavlav (tahun 1900-an) dengan teorinya yang dikenal dengan istilah pengkondisian klasik (classical conditioning) dan kemudian teori belajar tingkah laku ini dikembangkan oleh beberapa ahli psikologi yang lain seperti Edward Thorndike, B.F Skinner dan Gestalt.
Teori belajar behaviorisme ini berorientasi pada hasil yang dapat diukur dan diamati. Pengulangan dan pelatihan digunakan supaya perilaku yang diinginkan dapat menjadi kebiasaan. Hasil yang diharapkan dari penerapan teori behavioristik ini adalah terbentuknya suatu perilaku yang diinginkan. Perilaku yang diinginkan mendapat penguatan positif dan perilaku yang kurang sesuai mendapat penghargaan negatif. Evaluasi atau Penilaian didasari atas perilaku yang tampak. Dalam teori belajar ini guru tidak banyak memberikan ceramah,tetapi instruksi singkat yang diikuti contoh baik dilakukan sendiri maupun melalui simulasi.
Di awal abad 20 sampai sekarang ini teori belajar behaviorisme mulai ditinggalkan dan banyak ahli psikologi yang baru lebih mengembangkan teori belajar kognitif dengan asumsi dasar bahwa kognisi mempengaruhi prilaku. Penekanan kognitif menjadi basis bagi pendekatan untuk pembelajaran. Walaupun teori belajar tigkah laku mulai ditinggalkan diabad ini, namun mengkolaborasikan teori ini dengan teori belajar kognitif dan teori belajar lainnya sangat penting untuk menciptakan pendekatan pembelajaran yang cocok dan efektif, karena pada dasarnya tidak ada satu pun teori belajar yang betul-betul cocok  untuk menciptakan sebuah pendekatan pembelajaran yang pas dan efektif.

MUNCULNYA TEORI KONDISIONING OPERAN B.F SKINNER
Asas pengkondisian operan B.F Skinner dimulai awal tahun 1930-an, pada waktu keluarnya teori S-R. Pada waktu keluarnya teori-teori S-R. pada waktu itu model kondisian klasik dari Pavlov telah memberikan pengaruh yang kuat  pada pelaksanaan penelitian. Istilah-istilah seperti cues (pengisyratan), purposive behavior (tingkah laku purposive) dan drive stimuli (stimulus dorongan) dikemukakan untuk menunjukkan daya suatu stimulus untuk memunculkan atau memicu suatu respon tertentu.
Skinner tidak sependapat dengan pandangan S-R dan penjelasan reflex bersyarat dimana stimulus terus memiliki sifat-sifat kekuatan yang tidak mengendur. Menurut Skinner penjelasan S-R tentang terjadinya perubahan tingkah laku tidak lengkap untuk menjelaskan bagaimana organisme berinteraksi dengan lingkungannya. Bukan begitu, banyak tingkah laku menghasilkan perubahan atau konsekuensi pada lingkungan yang mempunyai pengaruh terhadap organisme dan dengan begitu mengubah kemungkinan organisme itu merespon nanti. Asas-asas kondisioning operan adalah kelanjutan dari tradisi yang didirikan oleh John Watson. Artinya, agar psikologi bisa menjadi suatu ilmu, maka studi tingkah laku harus dijadikan fokus penelitian psikologi. Tidak seperti halnya teoritikus-teoritikus S-R lainnya, Skinner menghindari kontradiksi yang ditampilkan oleh model kondisioning klasik dari Pavlov dan kondisioning instrumental dari Thorndike. Ia mengajukan suatu paradigma yang mencakup kedua jenis respon itu dan berlanjut dengan mengupas kondisi-kondisi yang bertanggung jawab atas munculnya respons atau tingkah laku operan.

KAJIAN UMUM TEORI B.F SKINNER

Inti dari teori behaviorisme Skinner adalah Pengkondisian operan (kondisioning operan). Pengkondisian operan adalah sebentuk pembelajaran dimana konsekuensi-konsekuensi dari prilaku menghasilkan perubahan dalam probabilitas prilaku itu akan diulangi. Ada 6 asumsi yang membentuk landasan untuk kondisioning operan (Margaret E. Bell Gredler, hlm 122). Asumsi-asumsi itu adalah sebagai berikut:
  1. Belajar itu adalah tingkah laku.
  2. Perubahan tingkah-laku (belajar) secara fungsional berkaitan dengan adanya perubahan dalam kejadian-kejadian di lingkungan kondisi-kondisi lingkungan.
  3. Hubungan yang berhukum antara tingkah-laku dan lingkungan hanya dapat di tentukan kalau sifat-sifat tingkah-laku dan kondisi eksperimennya di devinisikan menurut fisiknya dan di observasi di bawah kondisi-kondisi yang di control secara seksama.
  4. Data dari studi eksperimental tingkah-laku merupakan satu-satunya sumber informasi yang dapat di terima tentang penyebab terjadinya tingkah laku.
Tabel Perbandingan Respons Elisit dan Tingkah-Laku Operan
Respons Elisit ( Refleks )
Respons Emisi atau Operan
Ada korelasi yang dapat diamati antara stimulus dan respons; Respons yang terpancing keluar terutama untuk menjaga kesejahteraan organisme.
Ada respons bertindak mengenai lingkungan yang menimbulkan konsekuensi yang berpengaruh pada organisasi, dan dengan demikian mengubah tingkah-laku yang akan datang; Tidak ada korelasi nya dengan stimulus sebelumnya.
Di kondisikan dengan substitusi stimulus; Kondisioning Tipe S
Di kondisikan melalui konsekuensi respons yang memperbesar peluang merespons; Kondisioning Tipe R.
  1. Tingkah-laku organisme secara individual merupakan sumber data yang cocok.
  2. Dinamika interaksi organisme dengan lingkungan itu sama untuk semua jenis mahkluk hidup.
Berdasarkan asumsi dasar tersebut menurut Skinner (J.W. Santrock, 272) unsur yang terpenting dalam belajar adalah adanya penguatan (reinforcement ) dan hukuman (punishment).

Penguatan dan Hukuman

Penguatan (reinforcement) adalah konsekuensi yang meningkatkan probabilitas bahwa suatu perilaku akan terjadi. Sebaliknya, hukuman (punishment) adalah konsekuensi yang menurunkan probabilitas terjadinya suatu perilaku.
Penguatan boleh jadi kompleks. Penguatan berarti memperkuat. Skinner membagi penguatan ini menjadi dua bagian:

Penguatan positif adalah penguatan berdasarkan prinsif bahwa frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan stimulus yang mendukung (rewarding). Bentuk-bentuk penguatan positif adalah berupa hadiah (permen, kado, makanan, dll), perilaku (senyum, menganggukkan kepala untuk menyetujui, bertepuk tangan, mengacungkan jempol), atau penghargaan (nilai A, Juara 1 dsb).

Penguatan negatif, adalah penguatan berdasarkan prinsif bahwa frekuensi respons meningkat karena diikuti dengan penghilangan stimulus yang merugikan (tidak menyenangkan). Bentuk-bentuk penguatan negatif antara lain: menunda/tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau menunjukkan perilaku tidak senang (menggeleng, kening berkerut, muka kecewa dll).

Satu  cara untuk mengingat perbedaan antara penguatan positif dan penguatan negatif adalah dalam penguatan positif ada sesuatu yang ditambahkan atau diperoleh. Dalam penguatan negatif, ada sesuatu yang dikurangi atau di hilangkan. Adalah mudah mengacaukan penguatan negatif dengan hukuman. Agar istilah ini tidak rancu, ingat bahwa penguatan negatif meningkatkan probabilitas terjadinya suatu prilaku, sedangkan hukuman menurunkan probabilitas terjadinya perilaku. Berikut ini disajikan contoh dari konsep penguatan positif, negatif, dan hukuman (J.W Santrock, 274).

Penguatan positif
Perilaku
Murid mengajukan pertanyaan yang bagus
Konsekuensi
Guru menguji murid
Prilaku kedepan
Murid mengajukan lebih banyak pertanyaan
Penguatan negatif
Perilaku
Murid menyerahkan PR tepat waktu
Konsekuensi
Guru berhenti menegur murid
Prilaku kedepan
Murid makin sering menyerahkan PR tepat waktu
Hukuman
Perilaku
Murid menyela guru
Konsekuensi
Guru mengajar murid langsung
Prilaku kedepan
Murid berhenti menyela guru
Ingat bahwa penguatan bisa berbentuk postif dan negatif. Dalam kedua bentuk itu, konsekuensi meningkatkan prilaku. Dalam hukuman, perilakunya berkurang.


Kupasan yang dilakukan Skinner menghasilkan suatu sistem ringkas yang dapat diterapkan pada dinamika perubahan tingkah laku baik di laboratorium maupun di dalam kelas. Belajar, yang digambarkan oleh makin tingginya angka keseringan respons, diberikan sebagai fungsi urutan ketiga unsure (SD)-(R)-(R Reinsf). Skinner menyebutkan praktek khas menempatkan binatang percobaan dalam “kontigensi terminal”. Maksudnya, binatang itu harus berusaha penuh resiko, berhasil atau gagal, dalam mencari jalan lepas dari kurungan atau makanan. Bukannya demikian itu prosedur yang mengena ialah membentuk tingkah-laku binatang itu melalui urutan Sitimulus-respon-penguatan yang diatur secara seksama. Dikelas, Skinner menggambarkan praktek “tugas dan ujian” sebagai suatu contoh menempatkan pelajar yang manusia itu dalam kontigensi terminal juga. Skinner menyarankan penerapan cara pemberian penguatan komponen tingkah laku seperti menunjukkan perhatian pada stimulus dan melakukan studi yang cocok terhadap tingkah laku. Hukuman harus dihindari karena adanya hasil sampingan yang bersifat emosional dan tidak menjamin timbulnya tingkah laku positif yang diinginkan. Analisa yang dilakukan Skinner tersebut diatas meliputi peran penguat berkondisi dan alami, penguat positif dan negative, dan penguat umum.

Dengan demikian beberapa prinsip belajar yang dikembangkan oleh Skinner antara lain:
-      Hasil belajar harus segera diberitahukan kepada siswa, jika salah dibetulkan, jika benar diberi penguat.
-      Proses belajar harus mengikuti irama dari yang belajar.
-      Materi pelajaran, digunakan sistem modul.
-      Dalam proses pembelajaran, lebih dipentingkan aktivitas sendiri.
-      Dalam proses pembelajaran, tidak digunakan hukuman. Namun ini lingkungan perlu diubah, untuk menghindari adanya hukuman.
-      Tingkah laku yang diinginkan pendidik, diberi hadiah, dan sebagainya. Hadiah diberikan dengan digunakannya jadwal variable rasio reinforcer.
-      Dalam pembelajaran, digunakan shaping.
Disamping itu pula dari eksperimen yang dilakukan B.F. Skinner terhadap tikus dan selanjutnya terhadap burung merpati menghasilkan hukum-hukum belajar, diantaranya :
  1. Law of operant conditining yaitu jika timbulnya perilaku diiringi dengan stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan meningkat.
2. Law of operant extinction yaitu jika timbulnya perilaku operant telah diperkuat melalui proses conditioning  itu tidak diiringi stimulus penguat, maka kekuatan perilaku tersebut akan menurun bahkan musnah.

Kondisi Belajar Robert Gagne



“Keterampilan, apresiasi, dan penalaran manusia dengan semua variasinya, dan juga harapan, aspirasi, sikap, dan nilai-nilai manusia, umumnya diakui bahwa perkembangannya sebagian besar bergantung pada peristiwa yang disebut dengan belajar (Gagne, 1985)”


PRINSIP BELAJAR
Manusia melakukan banyak kegiatan yang merupakan hasil dari belajar. Masalah dalam teori-teori lama yang membahas belajar adalah mereka tidak menangkap perbedaan kompleksitas aktivitas yang membedakan manusia dengan spesies lainnya. Gagne (1972,1977a) berpendapat bahwa kunci untuk mengembangkan teori yang komprehensif adalah memulai dengan analisis berbagai macam kinerja dan keterampilan yang dilakukan oleh manusia.

A.      Asumsi Dasar
Asumsi dasar dari teori Gagne mendeskripsikan sifat unik dari kegiatan belajar manusia dan definisinya tentang belajar.

1.        Keunikan Hakekat Belajar Manusia
Elemen penting dalam analisis Gagne adalah kaitan belajar dengan perkembangan, kompleksitas belajar pada manusia, dan masalah khusus dengan pandangan-pandangan  sebelumnya.

Kaitan Belajar dengan Perkembangan.
Dalam model kesiapan pertumbuhan (model Gesellian), pertumbuhan tubuh terkait erat dengan pertumbuhan mental. Salah satu pendapat mengatakan bahwa kemunculan gigi permanen pada anak mengindikasikan usia perkembangan yang tepat untuk memulai pembelajaran membaca. Akan tetapi menyamakan belajar dengan pertumbuhan tidaklah tepat, karena faktor utama yang mempengaruhi keduanya berbeda. Dimana faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan adalah genetik, sedangkan faktor utama yang mempengaruhi belajar adalah kegiatan-kegiatan di lingkungan individu itu sendiri.

Kompleksitas Belajar Manusia
Banyak hasil belajar manusia digeneralisasikan untuk berbagai macam situasi. Keterampilan yang kompleks didasarkan pada belajar sebelumnya. Sebagai contoh, siswa yang belajar menulis paragraf deskriptif akan menggunakan pengetahuannya tentang penulisan kalimat dan memilih kata.

Masalah dalam Pandangan Sebelumnya
Ide-ide yang dikemukakan oleh teoritisi awal terkait dengan situasi spesifik yang berasal dari studi belajar laboratorium, namun mereka tidak dapat menjelaskan kapasitas manusia untuk mempelajari keterampilan dan kemampuan yang kompleks.
Beberapa teori berbasis laboratorium memang menjelaskan subkomponen belajar manusia, namun subketerampilan ini bukan tujuan utama dari belajar. Contohnya, Model Pavlov mengenai stimulus yang dikondisikan “menandakan” adanya emosi atau reaksi lain, seperti perasaan nyaman yang ditimbulkan oleh mainan. Perspektif lain adalah teori Stimulus-Respon (S-R) dari Thorndike dan Skinner. Contoh dari koneksi S-R adalah bayi belajar memegang botol minuman, menjangkau dan memegang mainan, dan menggucapkan sesuatu. Saat anak mendapatkan jumlah koneksi S-R semakin banyak, mereka mulai membentuk rantai koneksi. Seperti mengancingkan baju sendiri, mengucapkan ucapan yang runtut.
Psikolog Gestalt juga menjelasknan sifat sesungguhnya dari belajar. Mereka berpendapat bahwa belajar terjadi ketika subjek melihat hubungan baru dalam situasi masalah. Akan tetapi, mereka tidak menilai belajar yang telah dilakukan sebelumnya oleh subjek, yang dapat menjelaskan perilaku memecahkan masalah.
Pada 1960-an, kecerendungan riset lain memperkenalkan perspektif baru dalam diskusi belajar. Mereka adalah (a) riset komunikasi, yang memandang pemelajaran sebagai sistem pemrosesan informasi yang kompleks, (b) munculnya komputer berkecapatan tinggi, yang diikuti dengan sederet petunjuk pemrosesan, dan (c) deskripsi yang mengikuti aturan mengenai bagaimana individu memproses bahasa. Perubahan utama dalam pemikiran belajar yang diawali oleh perkembangan ini adalah bahwa individu tidak sekedar beraksi terhadap stimuli, sebaliknya mereka memproses stimulasi yang diterima dari lingkungan. Model ini tidak membahas hasil spesifik dari belajar, namun konsep bertindak pada stimuli di lingkungan dalam berbagai cara memberikan implikasi bagi pembelajaran.

2.        Definisi Belajar
Analisis Gagne mengidentifikasi persyaratan untuk definisi belajar yang komprehensif dan deskripsi belajar pada manusia.
Fokus yang memaksakan semua belajar ke dalam satu deskripsi adalah salah satu kesalahan prinsip belajar sebelumnya. Temuan ini mengindikasikan bahwa belajar adalah bukan proses tunggal. Riset laboratorium yang dilakukan oleh psikolog kognitif di awal 1980-an menyebabkan riset itu menjadi terpaku hanya pada saluran belajar yang sempit. Deskripsi yang memadai dari belajar manusia harus berlaku untuk berbagai macam aktivitas manusia di beragam latar dan situasi belajar itu terjadi.
Belajar adalah mekanisme yang membuat individu menjadi berfungsi sebagai anggota masyarakat secara kompeten. Belajar juga melahirkan semua keterampilan, pengetahuan, sikap, dan nilai-nilai yang didapat oleh manusia. Dalam pengertian umum belajar merupakan perubahan disposisi kapabilitas (kemampuan) manusia yang bertahan dalam jangka waktu yang lama dan bukan hasil dari pertumbuhan. Ketika didefinisikan secara formal, belajar menghasilkan berbagai disposisi yang dipertahankan yang tercermin dalam berbagai macam perilaku atau hasil kinerja tertentu, yaitu perbandingan antara hasil kinerja sebelumnya dengan sesudah pembelajaran. Menurut Gagne, kapabilitas (kemampuan) ini terdiri dari komponen mental (disposisi yang dipertahankan) dan komponen perilaku (kinerja). Kedua komponen kapabilitas ini didapatkan oleh manusia melalui stimulasi dari lingkungan, dan pemrosesan kognitif yang mengubah stimulus dari lingkungan menjadi kapabilitas baru.

B.       Komponen Belajar
Pendekatan Gagne untuk pemahaman belajar pada manusia berbeda dengan pendekatan sebelumnya, terutama dalam hal keharusan langkah awal untuk menganalisis keragaman belajar manusia, dan belajar dan pembelajaran merupakan satu kesatuan yang harus dikembangkan secara beriringan. Kerangka belajar yang dikembangkan Gagne terdiri atas ragam belajar, kondisi belajar internal dan kondisi belajar eksternal.
Lima variasi belajar yang dikemukakan Gagne adalah informasi verbal, keterampilan intelektual, keterampilan motorik, sikap, dan strategi kognitif. Kelima variasi belajar ini merepresentasikan hasil belajar yang merupakan kapabilitas.

Informasi Verbal
Informasi verbal dimulai sejak masa kanak-kanak awal ketika bayi mulai belajar nama-nama objek, hewan, dan peristiwa. Berlanjut disepanjang hayat saat mereka belajar tentang dunia sekitar. Karakteristik esensial dari informasi verbal yaitu dapat ditulis atau dikatakan (diverbalkan), dan beberapa kata dari informasi verbal memiliki makna bagi individual.
Kapabilitas yang ditunjukkan antara lain label dan fakta, prosa atau puisi yang terkait secara bermakna, dan isi informasi yang tertata. Informasi verbal juga merupakan pengetahuan deklaratif, yang menyiratkan kemampuan untuk mengumumkan atau menyatakan sesuatu.
Informasi verbal mengacu pada memilih teks yang terkoneksi secara bermakna, dan mengorganisasikan bagian-bagian informasi. Hasil dari informasi verbal adalah menyatakan informasi.

Keterampilan Intelektual
Yang termasuk dalam keterampilan intelektual adalah membedakan, mengombinasikan, menabulasikan, mengklasifikasikan, mengaalisis, dan mengkuantifikasikan objek, kejadian, dan simbol-simbol lain. Contohnya, menerjemahkan ton menjadi kilogram. Yang juga termasuk dalam keterampilan intelektual adalah aplikasi kaidah yang mengatur aktivitas bicara, menulis dan membaca, dan dalam matematika biasanya menggunakan aturan perhitungan dan memecahkan masalah soal cerita. Keterampilan intelektual sering dijumpai dalam beberapa jenis pekerjaan mulai dari perawat hingga programer komputer. Ketermapilan ini merupakan kapabilitas yang membuat manusia berfungsi secara kompeten dalam masyarakat.
Informasi verbal dan keterampilan intelektual merupakan dua kategori yang saling ketergantungan, namun keduanya memiliki pembeda. Keterampilan intelektual tidak dapat di pelajari hanya dengan mendengar atau mencari informasi. Sebaliknya seseorang merespons situasi dengan memanipulasi simbol dengan berbagai macam cara. Karakteristik unik lainnya adalah, keterampilan intelektual terdiri dari empat keterampilan lain yaitu:
·      Belajar diskriminasi, merupakan merespon secara berbeda pada karakteristik yang membedakan objek.
Contohnya, membedakan gambar segitiga tertutup dengan geometris lainnya.
·      Belajar konsep konkret dan definisi, merupakan mengidentifikasi objek atau kegiatan sebagai anggota dari satu kelompok konsep, belajar melalui pertemuan langsung dengan contoh konkret.
Contohnya, mengidentifikasi berbagai bentuk segitiga dari segitiga yang tinggi sampai yang lebar.
·      Belajar kaidah atau aturan, merupakan merespon satu kelompok situasi dengan kelompok kinerja yang berkaitan.
Contohnya, menjawab 5 x (2 + 3) dengan menjumlahkan (5 x 2) + (5 x 3)
·      Belajar pemecahan masalah, merupakan memecahkan masalah dengan mengaplikasikan pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya.
Contohnya, untuk mencari FPB dari 15 dan 30 harus mengetahui dan mengaplikasikan pemfaktoran atau faktorisasi prima dari 15 dan 30.

Strategi Kognitif
Keterampilan Intelektual membentuk struktur dasar untuk belajar. Setelah siswa berhasil dalam belajar informasi verbal dan keterampilan intelektual, siswa akan mulai mengembangkan cara untuk mengatur sendiri proses mental mereka yang diasosiasikan dengan belajar. Secara spesifik, strategi kognitif merupakan belajar bagaimana cara belajar, cara mengingat, dan cara menjalankan pemikiran reflektif dan analitis yang dapat melahirkan lebih banyak kegiatan belajar lagi.
Berbeda dengan informasi verbal dan keterampilan intelektual, yang beroperasi dengan konten tertentu, objek strategi kognitif adalah proses pemikiran individu yang belajar itu sendiri. Strtaegi kognitif yang membantu siswa dalam mengelola belajar dan pengingatan antara lain mencitrakan suatu kata yang hendak dipelajari, menggarisbawahi kalimat penting, mengecek pemahaman dengan mengerjakan soal latihan.
Strategi kognitif juga membantu individu untuk mengelola pemikiran mereka dengan membantu mereka menentukan kapan dan bagaimana menggunakan informasi verbal dan keterampilan intelektual. Arti penting dari startegi kognif diilustrasikan dalam riset tenntang siswa yang lemah pada salah satu mata pelajaran. Siswa ini secara khusus membutuhkan latihan strategi yang intensif. Siswa dengan prestasi rendah cenderung menggunakan memorisasi tanpa pendalaman dan strategi yang tidak efisien lainnya. Mereka gagal mengorganisasikan belajar mereka dan cenderung melewati materi yang tidak dimengerti.

Keterampilan Motorik
Pada tingkatan tertentu semua kinerja adalah motorik atau gerakan karena membutuhkan beberapa jenis tindakan. Siswa munggik menggunakan tangan dan jarinya untuk menggunakan pensil sehingga dia dapat menulis jawaban soal 5 x 8. Akan tetapi tindakan ini adalah demonstaris keterampilan intelektual, bukan keterampilan motorik. Karena keterampilan motorik tidak dapat ditentukan dengan sekedar mengamati beberapa kinerja gerak yang nyata. Dalam kasus soal perkalian, siswa sudah tahu cara menulis angka, focus tugasnya adalah menunjukkan keterampilan intelektual. Tentu saja sebelumnya anak harus belajar keterampilan motorik yang memungkinkan untuk menulis jawaban. Meskipun demikian, keterampilan motorik yang baru dipelajari bergantung pada pengenalan bahwa suatu kinerja motorik tidak ada sebelum belajar. Contohnya melempar bola, membuat simpul tali, melakukan serve dalam permainan tenis.
Karakteristik dari keterampilan motorik adalah persyaratan untu mengembangkan kelancaran tindakan, ketepatan, dan pengaturan waktu, dan hanya dapat diperoleh melalui pengulangan gerakan yang tepat. Sehingga menuntut latihan gerakan secara berkelanjutan.
Dalam belajar keterampilan motorik ada tiga fase yaitu belajar tahap-tahap gerakan dalam keterampilan dan pelaksanaan rutin, menyesuaikan bagian-bagian dari keterampilan secara keseluruhan melalui latihan, dan memperbaiki pengaturan waktu dan kelancaran kinerja melalui latihan terus menerus. Fase ini secara otomatis akan menimbulkan keterampilan, sehingga ia dapat menentukan tindakan yang mungkin dapat mengganggu. Ketika belajar keterampilan telah selesai, seseorang mampu untuk merespon isyarat kinestetik yang menandai perbedaan antara tindakan yang tepat dilakukan dan yang bebas dari kesalahan.

Sikap
Sikap adalah keadaan yang memengaruhi atau mengatur perilaku namun tidak secara langsung menentukan tindakan. Sikap hanya menyebabkan kemungkinan dilakukannya suatu tindakan.
Memberitahu siswa tentang apa yang akan mereka pelajari dapat merupakan aspek efektif dalam pembelajaran tertentu. Namun upaya untuk membangun sikap dengan ajakan logis atau emosional yang persuasif tidaklah efektif. Contohnya, membaca pesan tertulis seperti “Jauhi Narkoba!” tidak akan memengaruhi sikap pemelajar.
Sikap pada umumnya dideskripsikan terdiri dari tiga aspek yaitu kognitif, afektif, dan behavioral. Kognitif yaitu yang mengekspresikan kaitan seperti “bertambahnya jumlah penduduk meningkatkan jumlah penangguran di Indonesia”. Aspek kedua yaitu afektif adalah perasaan yang mengiringi keyakinan kognitif. Aspek behavioral berkaitan dengan kesiapan untuk bertindak.
Berbagai institusi masyarakat, seperti sekolah tertarik untuk engembangkan sikap siswa. Sekolah biasanya menekankan sikap seperti menghormati orang lain, mematuhi aturan, dan bertanggung jawab atas tindakannya. Namun medium yang paling memengaruhi sikap adalah televisi. Acara televisi yang beraneka ragam menghasilkan dan memperkuat sikap terhadap beberapa aspek kehidupan sehar-hari.
Untuk dapat memperoleh dan menguasai kelima kategori kapabilitas tersebut dengan sebaik-baiknya ada sejumlah kondisi yang perlu diperhatikan oleh para pendidik. Ada kondisi belajar internal, yang timbul dari memori peserta didik sebagai hasil dari belajar sebelumnya, dan ada sejumlah kondisi eksternal ditinjau dari peserta didik. Kondisi eksternal ini bila diatur dan dikelola dengan baik merupakan usaha untuk membelajarkan. Misalnya pemanfaatan berbagai media dan sumber belajar.

C.      Hakikat Belajar yang Kompleks
Analisis belajar Gagne mencakup dua organisasi kapabilitas yang merepresentasikan hasil belajar yang kompleks, yaitu prosedur dan hierarki belajar.
1.        Prosedur
Sebuah prosedur adalah seperangkat tindakan yang harus dilakukan sesuai urutan atau secara langkah demi lanngkah, dan organisasi keterampilan yang mencakup keterampilan motorik/gerak dan keterampilan intelektual. Mempelajari prosedur melibatkan belajar melakukan keterampilan motorik deskret dan mempelajari aturan dan konsep yang penting.

2.        Hierarki Belajar
Hierarki belajar merupakan urutan-urutan kemampuan yang harus dikuasai oleh peserta didik agar dapat mempelajari hal-hal yang paling sulit atau lebih kompleks. Misalnya, satu standar kompetensi diajarkan mendahului standar kompetensi lainnya. Pada dasarnya, pengetahuan yang lebih sederhana harus dikuasai terlebih dahulu dengan baik agar ia dapat dengan mudah mempelajari pengetahuan yang lebih kompleks. Penentuan tersebut didasarkan pada pengetahuan apa yang lebih dahulu harus dikuasai siswa agar ia berhasil.

2.2.   Prinsip Pembelajaran Robert Gagne
Robert Gagne memberi kerangka pada analisis kondisi belajar yang memengaruhi belajar manusia dari perspektif pengidentifikasian faktor-faktor yang dapat memberi perbedaan dalam pembelajaran. Akibatnya, peralihan dari prinsip belajar secara teoretis ke dalam prinsip pembelajaran tidak membutuhkan penerjemahan. Menurut asumsi Gagne, pembelajaran di kelas mencakup sifat dari pembelajaran dan proses yang disebut sebagai desain pembelajaran. Desain pembelajaran yang dimaksud adalah untuk menangani semua kejadian yang mungkin mempengaruhi belajar individual. Prinsip Gagne untuk desain dan pengembangan pembelajaran adalah bagian dari upaya yang lebih besar yang dikenal sebagai desain sistem. Lima asumsi yang mendukung rekomendasi Gagne untuk desain pembelajaran yakni sebagai berikut 
Asumsi
Alasan
  1. Pembelajaran harus dirancang untuk menfasilitasi belajar siswa individual.
  1. Meskipun siswa sering dikelompokkan untuk pembelajaran, belajar terjadi di dalam individual.
  1.  Baik itu tahapan jangka panjang maupun menengah harus dimasukkan dalam desain pembelajaran.
  1. Guru atau perancang pembelajaran, merencanakan pelajaran haria, namun pelajaran itu harus berada di dalam segmen unit dan pelajaran yang lebih luas danharus serasi
  1. Perencanaan pembelajaran tidak boleh sembarangan atau sekadar memberikan lingkungan yang mengasuh.
  1. Perencanaan yang sembarangan dapat melahirkan orang dewasa yang tidak kompeten. Karena itu, pembelajaran harus dikembangkan sesitematis mungkin.
  1. Pembelajaran harus didesain menggunakan pendekatan sisem
  1. Pendakatan sistem adalah pemilihan komponen yang terorganisasi daan sekuensial yang : (a) menggunakan data, informasi dan prinsip teoretis sebagai masukan untuk setiap tahap perencanaan; (b) tes dan cek silang hasil dari tahap perkembangan ; dan (c) membuat perubahan jika diperlukan.
  1. Desain pembelajaran harus didasarkan pada cara manusia belajar
  1. Data dari temuan riset dan uji coba pembelajarandapat memberi informasi hal-hal yang berhasil dikerjakan.

Dalam buku Condition of Learning, Gagne (1997) mengemukakan sembilan prinsip yang dapat dilakukan guru dalam melaksanakan pembelajaran, sebagai berikut:
1. Menarik perhatian (gaining attention) : hal yang menimbulkan minat siswa dengan mengemukakan sesuatu yang baru, aneh, kontradiksi, atau kompleks.
2. Menyampaikan tujuan pembelajaran (informing learner of the objectives) : memberitahukan kemampuan yang harus dikuasai siswa setelah selesai mengikuti pelajaran.
3. Mengingatkan konsep/prinsip yang telah dipelajari (stimulating recall or prior learning) : merangsang ingatan tentang pengetahuan yang telah dipelajari yang menjadi prasyarat untuk mempelajari materi yang baru.
4. Menyampaikan materi pelajaran (presenting the stimulus) : menyampaikan materi-materi pembelajaran yang telah direncanakan.
5. Memberikan bimbingan belajar (providing learner guidance) : memberikan pertanyaan-pertanyaan yang membimbing proses/alur berpikir siswa agar memiliki pemahaman yang lebih baik.
6. Memperoleh kinerja/penampilan siswa (eliciting performance) ; siswa diminta untuk menunjukkan apa yang telah dipelajari atau penguasaannya terhadap materi.
7. Memberikan balikan (providing feedback) : memberitahu seberapa jauh ketepatan performance siswa.
8. Menilai hasil belajar (assessing performance) :memberiytahukan tes/tugas untuk mengetahui seberapa jauh siswa menguasai tujuan pembelajaran.
9. Memperkuat retensi dan transfer belajar (enhancing retention and transfer): merangsang kamampuan mengingat-ingat dan mentransfer dengan memberikan rangkuman, mengadakan review atau mempraktekkan apa yang telah dipelajari.

2.3.   Aplikasi Kondisi Belajar Robert Gagne dalam Pembelajaran
Aplikasi penerapan teori belajar Gagne erat kaitannya dengan fase fase belajar dan Sembilan peristiwa pembelajaran yang ditemukan oleh Gagne. Gagne menemukan teori teorinya bukan melalui suatu proses penemuan atau penerimaan seperti yang silakukan oleh ahli ahli lainyanya namun, menurutnya yang terpenting dalam proses pembelajaran adalah kualitas, penetapan (daya guna), dan kegunaan belajar.

Hubungan antara fase-fase belajar dan Sembilan peristiwa pembelajaran dapat kita cermati melalui diagram di bawah ini :
Proses Belajar
Peristiwa Pembelajaran
Perhatian
Member perhatian
Pengharapan
Menjelaskan tujuan belajar pada siswa
Membangkitkan Ingatan
Merangsang ingatan
Persepsi Seleksi
Menyajikan materi perangsang
Penyimpanan dalam Memory Jangka Panjang
Memberikan bimbingan belajar
Respon
Keterampilan kemampuan
Reinforcement
Member umpan balik
Menilai kemampuan
Retrival
Meningkatkan retensi dan transfer

Dari diagram diatas kita sudah bisa melihat secara jelas hubungan antara fase-fase belajar dan Sembilan peristiwa pembelajaran yang dikemukakan oleh Gagne. Sembilan peristiwa pembelajaran ini merupakan contoh aktifitas – aktifitas belajar yang menurut Gagne perlu diterapkan dan dapat di jadikan menjadi model pembelajaran yang semata bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Isu Kelas
Pendekatan Gagne untuk analisis belajar semuanya berasal dari perspektif kebutuhan pembelajaran. Akibatnya karyanya membahas beberapa isu penting dalam kelas.

Karakteristik Pemelajar
Perbedaan individual, kesiapan, dan motivasi adalah factor-faktor penting dan berperan dalam merancng pembelajaran unutk guru kelas. Isu isu ini ada hubungan dan kaitannya dengan rancangan pembelajaran dan penyampaian pembelajaran.
·         Perbedaan Individual
Efektifitas pembelajaran di pengaruhi oleh beberapa macam perbedaan individual antar siswa. Metode mengompensasi perbedaan individual di dalam pemberian pembelajaran antara lain adalah pembelajaran kelompok kecil, tutorial, belajar independent, dan sistem pembelajaran yang diindividualisasikan. Keunggulan dari sistem yang diindividualisasikan adalah karena sistem tersebut merupakan cara pembelajaran dengan menyesuaikan pembelajaran kepada siswa secara individual mungkin didalam kelompok kelas yang terdiri dari 25 orang atau lebih.
·         Motivasi
Motivasi sangatlah diperlikan dalam proses belajar anak dimana motivasi dapat berperan penting dalam meningkatkan hasis belajar anak tersebut. Motivasi mempunyai hubungan yang sama pentingnya dengan penguatan. Ini dapat kita katakan bahwa penguatan merupakan sumber motivasi utama siswa. namun ingatlah teori belajar skinner yang mengharuskan kita membrikan penguatan yang positif terhadap siswa atau peserta didik kita. Sehingga dengan adanya penguatan positif siswa dapat tergerak untuk bisa belajar dengan baik terlebih dapat mengerjakan tugas-tugas yang diberikan dalam tutugas pembelajarannya.

Proses kognitif dan pembelajaran
            Gagne membuat suatu analisis dimana ia mencari factor factor yang membuat perbedaan dalam pembelajaran. Gagne menemukan bahwa transfer belajar, kemampuan swamanajemen siswa, dan pengajaran pemecahan masalah adalah bagian-bagian yang berperan di dalam pembelajaran.
·         Transfer Belajar
Konsep transfer belajar adalah inti dari model belajar komulatif Gagne. Model pembelajaran komulatif ini memberikan kontribusi pada upaya mempelajari keterampilan urutan yang lebih tinggi dimana dapat kita ambil contoh mengajarkan pengurangan dan penjumlahan kemudian meningkat pada pembelajaran perkalian dan pembagian. Dalam penelitiannya Gagne menemukan bahwa dengan meningkatkan kemampuan cara belajar siswa yang membangkitkan potensi mereka adalah masalah paling menantang dalam dunia pendidikan.
·         Pengajaran Pemecahan Masalah
Dalam memecahkan suatu masalah pasti yang harus dicari adalah penciptaan solusi dari masalah tersebut. Yang di butuhkan oleh siswa adalah ingatan yang baik dan aplikasi dari masing-masing hal yang telah di pelajari sebelumnya. Dalam pembelajaran yang dibutuhkan oleh siswa adalah a) siswa telah menguasai aturan yang di perlukan b) situasi masalah yang belum pernah ditemui pemelajar disajikan pada mereka c) pedoman informasi yang diberikan pada siswa. pemecahan masalah tercakup di keterampilan intelektual dimana siswa mensiptakan solusi dari hal hal yang telah dipelajari sebelumnya.

Implikasi Untuk Asesmen
            Kapasitas orang untuk belajar memungkinkan diperolehnya berbagai pola tingkah laku yang hampir mirip. Berdasarkan pandangan tentang belajar ini gagne mengemukakan lima ragam belajar yang terjadi pada manusia yaitu informasi verbal, keterampilan intelek, keterampilan motorik, sikap, dan siasat kognitif. Bermacam macam ragam belajar ini membutuhkan kebutuhan yang berbeda-beda.
            Informasi verbal membutuhkan pertanyaan dan dapat dinilia dengan soal jawaban pendek untuk definisi atau menulis paragraph pendek mengenai informasi yang diringkas. Keterampilan intelektual membutuhkan gambar sebagai penerang dari pertanyaan yang diberikan. Keterampilan motorik membutuhkan observasi kepada siswa entah itu melalui penilaian langsung ataupun dengan menggunakan rekaman video begitu juga mengenai sikap dan siasat kognitif pasti memerlukuan kebutuhan yang berbeda di setiap pelaksanaan ragam belajarnya.

Kaitan dengan Perspektif Lain
            Kondisi belajar Gagne merupakan jembatan antara fokus pengkondisian berpenguat prilaku dan pendekatan kognitif untuk belajar. Sebagai pengkondisian berpenguat urutan pembelajaran dalam kondisi belajar dipandu dan dikelola oleh guru dan bergerak kearah hasil yang ditentukan oleh siswa itu sendiri.


Mengembangkan Strategi Kelas
            Menurut kurikulum yang berlaku perancangan pembelajaran di kelas adalah  salah satu komponen dari proses keseluruhan yang mencakup baik itu kuikulum ataupun pembelajaran. Oleh sebab itu proses pembelajaran sebaiknya dimulai terlebih dahulu dengan perancangan kurikulum dan peringkat mata pelajaran.

Model Perancangan Sistem
            Cici ciri model sistem untuk merancang pembelajaran ada tiga yang pertama, pembelajaran dirancang untuk tujuan dan sasaran yang jelas. Kedua, pengembangan pembelajaran menggunakan media dan teknologi pengembangan lain. Ketiga, uji coba, revisi, dan pengujian lapangan merupakan suatu susuanan yang harus dilewati dalam merancang sistem pembelajaran.
Model sistem yang dirancang oleh Gagne dan Brings (1979) mencakup semua tahap pada rancangan kurikulum dan pembelajaran. Model ini juga melibatkan pengembangan sasaran akhir pelajaran, tujuan kinerja khusus, kegiatan pembelajaran, pemilihan media, dan pengujian lapangan atas produk finalnya.
Salah satu ciri penting dari model ini adalah ia menempatkan pengembangan pelajaran didalam konteks rancangan kurikulum keseluruhan. Kaitan antara belajar pada tingkat pembelajaran dan pelajaran diilustrasikan dengan tujuan berikut ini :
1.      Tujuan Pelajaran : Siswa dapat menganalisis secara kritis tujuan dan situasi dalam sistem pengadilan, pemerintah, ekonomi dan politik suatu Negara, yang sesuai dengan fakta Negara tersebut.
2.      Tujuan unit : Siswa dapat menunjukkan hubungan antara sistem politik dengan ekonomi.
3.      Subketerampilan Spesifik : Siswa dapat membedakan dan mengelompokkna sisten politik dan ekonomi.
Istilah evaluasi formatif mengacu pada uji coba materi dengan sekelompok siswa kecil. Tujuannya adalah untuk mengetahui bagian mana dalam pembelajaran yang tidak efektif dan perlu direvisi. Setelah revisi dilakukan pengujian akan dilakukan pada kelompok yang lebih besar. Evaluasi ini memastikan tujuan yang akan dicapai oleh pembelajaran dan mengidentifikasi populasi mana yang efektif untuk materi itu.

Merancang Pelajaran
            Berikut ini adalah langkah-langkah yang dilakukn untuk merancang pelajaran dalam suatu sistem :
Langkah 1 : Menulis atau memilih tujuan
1  Menentukan gabungan keterampilan yang akan di pelajari di akhir pelajaran
2  Menentukan keterampilan keterampilan yang terkait dengan keteramplan pada tujuan akhir pelajaran
3 Menentukan keterampilan pendukung yang digunakan sebagai alat untuk menguasai keterampilan utama
4 Memiih kata kerja yang tepat untuk keterampilan yang akan diajarkan dan menulisnya dalam bentuk tujuan kegiatan atau tujuan pembelajaran

Langkah 2 : Memilih kegiatan pembelajaran untuk masing-masing tujuan kerja
1 Mengidentifikasi variasi belajar untuk masing-masing tujuan
2 Mengidentifikasi keterampilan awal dan karakteristik tertentu dari kelompok yang diajarkan
3 Memilih kegiatan belajar untuk memenuhi kondisi belajar yang unik

Langkah 3 : Memilih media untuk kegiatan pembelajaran
1. Mengidentifikasi beberapa media yang memenuhi syarat pembelajaran
2 Mengeliminasi media yang tidak sesuai dengan usia atau level dari siswa
3 Memutuskan media akhir yang digunakan berdasarkan biaya, besar kelompok, dan kemudahan implementasi

Langkah 4 : Mengevaluasi kemampuan siswa
1    Menulis empat samapai depalan soal per tujuan
2 Mengumpulkan soal tersebut dalam satu tes diperiksa panjang dan kesulitannya


Contoh Kelas
            Pelajaran dalam tabel II adalah contoh pembelajaran yang dirancang untuk memahami gagagsan utama. Pelajaran didasarkan pada konsep yang telah di pelajari sebelumnya. Pembelajaran ini mengilustrasikan penggunaan Sembilan kegiatan pembelajaran dalam aktivitas kelas spesifik.
            Langkah 4 menghadirkan ciri stimulus yang berbeda, informasi ini diaplikasikan pertama oleh guru kemudian oleh siswa dalam rangka mengidentifikasi contoh contoh konsep yanga ada.
            Penggunaan permainan dalam langkah 5 memberi kesempatan pada anak unutk mencoba keterampilan baru mereka sebelum dilakukan pembelajaran lebih lanjut ataupun tes. Jadi dapat dikatakan bahwa permainan pada langkah 5 digunakan sebagai umpan balik untuk menguji kemampuan siswa.
            Ketiatan pembelajaran pada langkah 5,6, dan 7 di ulang agar anak merasakan pengalaman yang nantinya akan dikuatkan kembali agar siswa mendapatkan petunjuk tambahan untuk mengingat di waktu mendatang.

Ulasan Teori
            Gestalt mengembangkan penjelasan tentang proses belajar didalam laboratorium. Sebaliknya Gagne menemukan terlebih dahulu ciri-ciri atau ragam belajar manusia dan kemudian menyusus suatu sistem yang sesuai dengan ragam belajar tersebut.
            Analisis Gagne menemukan lima ragam belajar yang berbeda satu dengan yang lain. Kelima ragam itu adalah informasi verbal, keterampilan intelektual, keterampilan motorik, sikap, dan strategi kognitif. Selain itu keterampilan intelektual menyangkut empat keterampilan yang merupakan suatu proses nbeljara yang membentuk hirarki dari jenjang yang sedang ke jenjang yang lebih tinggi.


Keterampilan yang dipelajari : siswa dapat mengidentifikasi pernyataan yang merupakan gagasan pokok dalam bahan bacaan pendek (untuk siswa kelas empat dan lima)

Kegitan Pembelajaran
Medium Pembelajaran
Aktivitas di Kelas
1.    Menarik Perhatian
Komunikasi oleh guru
Guru meminta siswa menyebutkan acara TV atau cerita yang mereka gemari.
2.    Memberikan informasi tujuan pembelajaran kepada siswa
Komunikasi oleh guru
Guru bertanya pada siswa apakah mereka tau cara menceritakan cerita tersebut kepada orang lain. Guru menjelaskan bahwa mereka akan menemukan gagasan pokok cerita sehingga mereka dapat menceritakan cerita tersebut kepada orang lain.
3.    Menstimulasi ingatan atas hal-hal yang telah dipelajari
Komunikasi oleh guru
Siswa diminta untuk mengingat tentang isi cerita.
4.    Menyajikan stimulus secara jelas
Transparansi dan komunikasi oleh guru
Guru menjelaskan gagasan utama suatu cerita dengan mengambil sebuah contoh cerita. Dan menjalaskan mengapa hal tersebut merupakan gagasan utama.
5.    Memberi bimbingan belajar
Diskusi kelompok


Permainan akademik
Guru menyajikan pertanyaan pada siswa untuk berdiskusi.
Sesuaikan dengan media bila ada gunakan media dengan permainan kuis misalnya dengan dibacakan sebuah cerita singkat dan siswa dituntut untuk mencari ide pokok dari cerita tersebut.
6.    Memunculkan kinerja
Bahan Cetak
Anak diberikan pilihan yang mengandung gagasan pokok untuk dipilih.
Contoh : Film timun mas
Pilihan gagasan pokok :
a.       Timun mas membuat raksasa mati
b.      Timun mas selalu hidup bahagia.
c.       Timun mas dengan kegigihannya dapat mengalahkan raksasa jahat yang ingin memakannya.
7.    Memberi tanggapan atau umpan balik
Diskusi kelompok dan komunikasi guru
Kelas membahas jawaban
8.    Peforma / Respon
Materi cetak
Anak anak diberi beberapa bacaan pendek yang mengandung gagasan pokok dan mereka merumuskan kalimat yang menyatakan keseluruhan cerita.
9.    Memberikan penguatan

Anak diberikan penguatan saat mereka berani untuk mngutarakan apa yang mereka pikirkan dan juga pada saat mereka dapat menjawab pertanyaan maupun masalah yang mereka temui dalam pembelajaran.

Prinsip belajar Gagne berbeda dengan prinsip-prinsip dari teoritisi sebelumnya yang menemukan prinsip belajar melalui studi belajar laboratorium. Gagne lebih memusatkan perhatiannya pada kompleksitas belajar manusia yang memiliki keunikan yang membedakannya dengan spesies yang lain. Belajar menurut Gagne adalah seperangkat proses yang bersifat internal bagi setiap individu sebagai hasil dari transformasi rangsangan yang berasal dari peristiwa eksternal di lingkungan individu yang bersangkutan. Bertolak dari define belajar tersebut, Gagne mengungkapkan bahwa dalam belajar terdapat komponen kondisi belajar internal dan eksternal yang mengalami interaksi akan menghasilkan suatu kapabilitas (kemampuan) sebagai hasil belajar. Ada lima kriteria hasil belajar yaitu informasi verbal, keterampilan intelektual, strategi kognitif, keterampilan motorik, dan sikap.
Menurut asumsi Gagne, pembelajaran di kelas mencakup sifat dari pembelajaran dan proses yang disebut sebagai desain pembelajaran. Desain pembelajaran yang dimaksud adalah untuk menangani semua kejadian yang mungkin mempengaruhi belajar individual. Dalam buku Condition of Learning, Gagne (1997) mengemukakan sembilan prinsip yang dapat dilakukan guru dalam melaksanakan pembelajaran, yaitu: Menarik perhatian (gaining attention), menyampaikan tujuan pembelajaran (informing learner of the objectives), mengingatkan konsep/prinsip yang telah dipelajari (stimulating recall or prior learning), menyampaikan materi pelajaran (presenting the stimulus), memberikan bimbingan belajar (providing learner guidance) : memberikan pertanyaan-pertanyaan yang membimbing proses/alur berpikir siswa agar memiliki pemahaman yang lebih baik, memperoleh kinerja/penampilan siswa (eliciting performance), memberikan balikan (providing feedback), menilai hasil belajar (assessing performance) dan Memperkuat retensi dan transfer belajar.
            Aplikasi pembelajaran Gagne bertitik tumpu pada variasi tau ragam belajar yang ditemukannya. Dalam aplikasi pmbelajarannya Gagne menguraikan beberapa hal, (a) isu kelas, dimana isu kelas ini  merukapan sebuah persiapan bagi siswa untuk mengikuti kegiatan pembelajaran yang terdiri dari kesiapan mental dan juga pemberian motivasi dalam belajar; (b) mengembangkan strategi kelas, pengembangan strategi kelas ini mengulas tentang model perancangan system dan langkah-langkah dalam merangcang pembelajaran yang tentunya merupakan suatu hal yang harus dikuasai oleh seorang pendidik; (c) contoh kelas, contoh kelas merupakan segala kegiatan yang dilakukan oleh guru dan siswa terbagi dalam Sembilan peristiwa pembelajaran yang ditemukan oleh Gagne; (d) ulasan teori, Pavlof, Skinner, dan Gestalt mengembangkan teorinya dalam laboratorium, namun Gagne menemukan ragam belajar manusia yang kemudian di aplikasikannya dalam teori pembelajaran