Senin, 07 Oktober 2013

Otak Manusia


Otak Manusia adalah sistem alamiah yang paling kompleks yang pernah dikenal di alam ini. Kompleksitasnya menyamai dan mungkin melebihi kompleksitas struktur ekonomi dan sosial yang paling rumit sekalipun. Otak adalah bidang ilmu yang baru. Goldberg, 2001)
Anak dilahirkan dengan 10 miliar neuron (sel syaraf) di otaknya. Tiga tahun pertama sejak lahir merupakan periode ketika miliaran sel glial terus bertambah untuk memupuk neuron. Sel-sel syaraf ini dapat membentuk ribuan sambungan antarneuron yang disebut dendrite yang mirip sarang laba-laba, dan axon yang berbentuk memanjang. Otak anak usia 6 - 7 tahun besarnya dua per tiga otak orang dewasa, tapi memiliki 5 - 7 kali lebih banyak sambungan antarneuron daripada otak anak usia 18 bulan atau orang dewasa. Otak mereka memang punya kemampuan besar untuk menyusun ribuan sambungan antarneuron. Namun, kemampuan itu berhenti pada umur 10 - 11 tahun jika tidak dikembangkan atau digunakan. Saat itu enzim tertentu dilepaskan dalam otak dan melarutkan semua jalur atau "urat" syaraf (pathways) yang tidak termielinasi dengan baik (mielinasi adalah proses pembungkusan jalur syaraf dengan myelin yang berujud protein-lemak). Perkembangan otak anak yang sedang tumbuh melalui tiga tahapan, mulai dari otak primitif (action brain), otak limbik (feeling brain), dan akhirnya ke neocortex (atau disebut juga thought brain, otak pikir). Meski saling berkaitan, ketiganya punya fungsi sendiri-sendiri. Otak primitif mengatur fisik kita untuk bertahan hidup, mengelola gerak refleks, mengendalikan gerak motorik, memantau fungsi tubuh, dan memproses informasi yang masuk dari pancaindera. Saat menghadapi ancaman atau keadaan bahaya, bersama dengan otak limbik, otak primitif menyiapkan reaksi "hadapi atau lari" (fight or flight response) bagi tubuh. "Kita akan bereaksi secara fisik dan emosi lebih dulu sebelum otak pikir sempat memproses informasi. Otak limbik memproses emosi seperti rasa suka dan tidak suka, cinta dan benci. Otak ini sebagai penghubung otak pikir dan otak primitif. Maksudnya, otak primitif dapat diperintah mengikuti kehendak otak pikir, di saat lain otak pikir dapat "dikunci" untuk tidak melayani otak limbik dan primitif selama keadaan darurat, yang nyata maupun yang tidak. Sedangkan otak pikir, yang merupakan bentuk daya pikir tertinggi dan bagian otak yang paling objektif, menerima masukan dari otak primitif dan otak limbik. Namun, ia butuh waktu lebih banyak untuk memproses informasi, termasuk image, dari otak primitif dan otak limbik. Otak pikir juga merupakan tempat bergabungnya pengalaman, ingatan, perasaan, dan kemampuan berpikir untuk melahirkan gagasan dan tindakan. Mielinasi saraf otak berlangsung secara berurutan, mulai dari otak primitif, otak limbik, dan otak pikir. Jalur syaraf yang makin sering digunakan membuat mielin makin menebal. Makin tebal mielin, makin cepat impuls syaraf atau perjalanan sinyal sepanjang "urat" syaraf. Karena itu, anak yang sedang tumbuh dianjurkan menerima masukan dari lingkungannya sesuai dengan perkembangannya. 
Di samping itu, anak juga membutuhkan pengalaman yang merangsang pancaindera. Namun, indera mereka perlu dilindungi dari rangsangan yang berlebihan karena anak-anak itu ibarat sepon. "Mereka menyerap apa saja yang dilihat, didengar, dicium, dirasakan, dan disentuh dari lingkungan mereka. Kemampuan otak mereka untuk memilah atau menyaring pengalaman rasa yang tidak menyenangkan dan berbahaya belum berkembang. Rangsangan dan perkembangan indera itu pada gilirannya akan mengembangkan bagian tertentu dari otak primitif yang disebut reticular activating system (RAS). RAS ini pintu masuk tempat kesan yang ditangkap setiap indera saling berkoordinasi sebelum diteruskan ke otak pikir. RAS merupakan wilayah di otak yang membuat kita mampu memusatkan perhatian. Kurangnya stimulasi, atau sebaliknya stimulasi yang berlebihan, ditambah lagi dengan gerakan motorik kasar dan halus yang tidak berkembang secara baik, bisa menyebabkan rusaknya perhatian terhadap lingkungan. Sebelum anak berusia empat tahun, otak primitif dan otak limbik sudah 80% termielinasi. Setelah umur 6 - 7 tahun mielinasi bergeser ke otak pikir. Awalnya dari belahan otak kanan yang antara lain bertugas merespons citra visual. Ketika menonton TV, belahan otak kanan inilah yang paling dominan kerjanya. Sedangkan ketika membaca, menulis, dan berbicara, belahan otak kiri yang dominan. Tugas utama otak kiri ialah berpikir secara analitis dan menyusun argumen logis langkah demi langkah. Ia menganalisis suara dan makna bahasa (misalnya, kemampuan mencocokkan suara dengan alfabet), juga mengelola keterampilan otot halus.
Kedua belahan otak itu dijembatani oleh bundel "urat" syaraf yang disebut corpus collosum. Sisi kanan dan kiri tubuh saling berkoordinasi melalui jembatan ini. Aktivitas motorik kasar seperti lompat tali, memanjat, lari, serta aktivitas motorik halus macam menggambar, merenda, membuat origami, dan bikin kue merupakan akitivitas penting bagi proses mielinasi C. collosum. Jalur ini memungkinkan kemampuan berpikir analitis (otak kiri) dan intuitif (otak kanan) untuk saling mempengaruhi. Sejumlah ahli neuropsikologi percaya, buruknya perkembangan jembatan ini mempengaruhi komunikasi efektif antara belahan otak kanan dan kiri. 

Teori-teori Belajar Awal



Di setiap masa, sains adalah hal-hal dihasilkan oleh riset, dan riset tidak lain adalah metode efektif yang telah ditemukan dan sesuai jamannya. Setiap langkah dalam kemajuan sains atau ilmu pengetahuan akan bergantung pada langkah sebelumnya, dan proses ini tidak bisa dipercepat hanya dengan berharap. ( Boring, 1930)

            Seperti yang telah kita ketahui bagaimana penelitian dan percobaan-percobaan para psikolog tentang pengkondisian klasik ini, bagaimana ada stimulus lalu ada respon. Begitu jugalah halnya belajar. Secara sadar atau tidak sadarnya kita dengan kita melakukan proses belajar dari stimulus yang kita terima sehingga kita harus berespon apa. Karena stimulus yang kita terima berulang-ulang dan kita bisa berespon bagaimana seharusnya merespon stimulus tersebut. Seperti kita waktu masih kecil diajarkan untuk berjalan, berbicara, makan dan sebagainya. Orangtualah yang memberikan stimulus kepada kita dan semakin sering stimulus diberikan maka semakin bisa juga kita harus berbuat apa (respon).
            Di awal abad ke-20, disiplin psikologi yang baru terbentuk sedang mencari arah dan fokus. Studi Watson tentang perilaku dengan tujuan menjelaskan hubungan antara stimuli dan respon menjadi perspektif dominan. Asumsi utama behaviorisme adalah bahwa perilaku yang dapat diamati adalah fokus studi, yang harus dipelajari adalah elemen paling sederhana dari perilaku, dan proses belajar adalah perubahan behavioral.
Anak kecil juga cepat belajar dari apa yang mereka lihat, maka ada baiknya kita bersikap yang positif pada saat didepan anak kecil karena mereka akan mengamati kita dan ada peluang dia meniru apa yang kita lakukan. Hal buruk atau hal baik dia belum tentu tahu, tapi yang dia tahu kita berbuat seperti itu dan dia mengamatinya lalu dia melakukan hal itu. Elemen paling sederhana dari perilaku kitalah yang diamati oleh anak dan dipelajarinya lalu dilakukannya. Setiap perubahan dan setiap perilaku dari si anak adalah proses pembelajaran yang sedang dia alami.
Teori emosi. Watson mengidentifikasikan tiga reaksi emosional bayi yang bersifat naluriah. Artinya itu terjadi secara alami, yaitu cinta, marah, dan takut. Kembali kepada percobaan-percobaan penelitian yan menghasilkan bahwa tiga reaksi tersebut adalah alamiah dari bayi.
Pengkondisian Klasik di Ruang Kelas. Langkah penting dalam pengembangan apresiasi literatur, seni, sains, dan mata pelajaran lainnya adalah mengasosiasikan pengalaman masa lalu siswa dengan reaksi positif (Estes, 1989). Akan tetapi, masalahnya adalah reaksi emosional negatif mungkin melekat pada bebrapa situasi yang sama dan menyebabkan perilaku penghindaran seperti apati dan tidak memperhatikan. Mungkin ini sering kita alami di kelas yang sedang berlangusng. Dosen meminta agar kita ikut aktif dalam materi pembelajaran yang sedang berlangsung, tapi karena pengalaman masalalu atau dulunya kita lebih sering pasif dan jarang merespon maka kondisi klasik ini terbawa hingga ke jenjang perguruan tinggi. Mungkin dengan sedikit pemancingan (ada salah satu yang aktif) maka kelas akan bisa menjadi sedikit lebih aktif. Dan begitu selanjutnya dengan proses.

LEARNING IS FUN…



          Jika kita melakukan hal yang kita sukai maka kita akan dengan senang hati dan sepenuh hati melakukannya sehingga  hasilnya juga akan menjadi maksimal. Learning is fun, jadi jika kita berfikir bahwa belajar itu menyenangkan maka kita akan senang melakukannya, menikmati setiap pelajaran yang ada dan menghasilkan hasil yang memuaskan juga. Seperti diskusi online, ini akan menjadi sangat menyenangkan karena kita bisa berbagi pendapat dan mendengarkan masukan-masukan dari teman sekelompok yang pasti punya pemikiran dan pendapat yang berbeda. Apalagi ini dilakukan secara online jadi kita bisa melakukannya dimana aja dan kapan aja. Hmmm, tapi mungkin di kondisi kota Medan yang saedang taidak kondusif ini karena setiap hari akan terjadi pemadaman listrik secara bergilir menjadi hambatan yang cukup besar untuk berdiskusi karena untuk berdiskusi online kita memerlukan arus listrik. Belum lagi dengan kesibukan-kesibukan setiap anggota sehingga cukup sulit untuk mencocokkan waktu untuk berdiskusi. Tapi, setelah berdiskusi dan percakapan di dalam menarik membuat kita menjadi sedikit lupa waktu. Ada yang kemalaman dan lain sebagainya. Tapi ya ada juga karena mati lampu sehingga harus keluar secara tiba-tiba dari forum diskusi (dan itu saya sendiri). Tapi, kalau saja diskusi bisa dimulai lebih awal dan tidak ada hambatan-hambatan tak terduga lainnya, itu akan menjadi sangat lama karena pembahasan sangat panjang. Belum lagi dengan gangguan sinyal dan lainnya.
Awal pertama diberikan tugas untuk berdiskusi online kita sekelompok sangat sulit menentukan hari dan alhasil kita pake jurus kepepet tapiiii..tidak berhasil (jangan ditiru :’). Karena ini matakuliah Psikologi Belajar, kitapun menyebutnya ini proses pembelajaran sehingga kita memaknai kejadian ini dan tidak mengulanginya. Belajar dari kesalahan kita mencari hari yang pas buat diskusi setelah tugas diposting. Yah, walaupun delay beberapa kali hehe :’) banyak cobaan dan kendala seperti yang udah disebutkan diatas misalnya sinyal, mati lampu dan lain sebagainya. Tapi ya semoga kita bisa melakukan diskusi online tugas yang kedua lebih baik dari diskusi tugas pertama.
Mengambil kalimat terakhir dari postingan Ibu yaitu Learning is Fun secara pribadi ini mempengaruhi mindset saya. Dan membuat saya berfikir bahwa belajar ini banyak hal positif yang bisa diambil dan yaa ini menyenangkan. Mencoba menikmati setiap alurnya (yang dulunya merasa bahwa belajar itu adalah beban tapi sekarang berusaha memikirkan bahwa belajar itu adalah keuntungan buat saya karena yang pintar saya dan berhasil sya dan itu sama sekali bukan beban tapi keuntungan yang saya punya untuk menjadi modal kedepannya) dan lalu menikmati hasilnya. So, learning is fun …..
Ini testiku, mana testimu hihi :D