Di setiap masa, sains
adalah hal-hal dihasilkan oleh riset, dan riset tidak lain adalah metode
efektif yang telah ditemukan dan sesuai jamannya. Setiap langkah dalam kemajuan
sains atau ilmu pengetahuan akan bergantung pada langkah sebelumnya, dan proses
ini tidak bisa dipercepat hanya dengan berharap. ( Boring, 1930)
Seperti yang telah kita ketahui bagaimana penelitian dan
percobaan-percobaan para psikolog tentang pengkondisian klasik ini, bagaimana
ada stimulus lalu ada respon. Begitu jugalah halnya belajar. Secara sadar atau
tidak sadarnya kita dengan kita melakukan proses belajar dari stimulus yang
kita terima sehingga kita harus berespon apa. Karena stimulus yang kita terima
berulang-ulang dan kita bisa berespon bagaimana seharusnya merespon stimulus
tersebut. Seperti kita waktu masih kecil diajarkan untuk berjalan, berbicara,
makan dan sebagainya. Orangtualah yang memberikan stimulus kepada kita dan
semakin sering stimulus diberikan maka semakin bisa juga kita harus berbuat apa
(respon).
Di awal abad ke-20, disiplin psikologi yang baru
terbentuk sedang mencari arah dan fokus. Studi Watson tentang perilaku dengan
tujuan menjelaskan hubungan antara stimuli dan respon menjadi perspektif
dominan. Asumsi utama behaviorisme adalah bahwa perilaku yang dapat diamati
adalah fokus studi, yang harus dipelajari adalah elemen paling sederhana dari
perilaku, dan proses belajar adalah perubahan behavioral.
Anak kecil juga cepat
belajar dari apa yang mereka lihat, maka ada baiknya kita bersikap yang positif
pada saat didepan anak kecil karena mereka akan mengamati kita dan ada peluang
dia meniru apa yang kita lakukan. Hal buruk atau hal baik dia belum tentu tahu,
tapi yang dia tahu kita berbuat seperti itu dan dia mengamatinya lalu dia
melakukan hal itu. Elemen paling sederhana dari perilaku kitalah yang diamati
oleh anak dan dipelajarinya lalu dilakukannya. Setiap perubahan dan setiap
perilaku dari si anak adalah proses pembelajaran yang sedang dia alami.
Teori emosi. Watson
mengidentifikasikan tiga reaksi emosional bayi yang bersifat naluriah. Artinya
itu terjadi secara alami, yaitu cinta, marah, dan takut. Kembali kepada
percobaan-percobaan penelitian yan menghasilkan bahwa tiga reaksi tersebut
adalah alamiah dari bayi.
Pengkondisian Klasik di
Ruang Kelas. Langkah penting dalam pengembangan apresiasi literatur, seni,
sains, dan mata pelajaran lainnya adalah mengasosiasikan pengalaman masa lalu
siswa dengan reaksi positif (Estes, 1989). Akan tetapi, masalahnya adalah
reaksi emosional negatif mungkin melekat pada bebrapa situasi yang sama dan
menyebabkan perilaku penghindaran seperti apati dan tidak memperhatikan. Mungkin
ini sering kita alami di kelas yang sedang berlangusng. Dosen meminta agar kita
ikut aktif dalam materi pembelajaran yang sedang berlangsung, tapi karena pengalaman
masalalu atau dulunya kita lebih sering pasif dan jarang merespon maka kondisi
klasik ini terbawa hingga ke jenjang perguruan tinggi. Mungkin dengan sedikit
pemancingan (ada salah satu yang aktif) maka kelas akan bisa menjadi sedikit
lebih aktif. Dan begitu selanjutnya dengan proses.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar