TUGAS
PAEDAGOGI
WAWANCARA
D
I
S
U
S
U
N
OLEH
AGITA
SARA 101301114
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2013
KATA
PENGANTAR
Puji
syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan
rahmat-Nya kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas wawancara ini.
Adapun tujuan untuk membuat tugas ini sebagai syarat memenuhi tugas matakuliah
Paedagogi.
Dalam
wawancara ini saya mewawancari seorang pengajar yang sudah cukup lama bekerja
sebagai seorang pengajar dan menanyakan hal-hal seputaran mengajar kepadanya.
Dalam
tugas ini saya mengucapkan terima kasih kepada seorang pengajar yang telah saya
wawancarai, keluarga dan teman-teman yang mendukung dan membantu saya dalam
menyelesaikan tugas ini. Dan saya juga mengucapkan banyak terima kasih kepada Ibu
Filia Dina Anggaraeni, M.Pd dan Ibu Rr. Lita Hadiati Wulandari, M.Pd.,
psikologi sebagai dosen pengampuh mata kuliah paedagogi ini.
Dan
saya juga masih menyadari bahwa tugas ini masih kurang sempurna, untuk itu saya
memohon maaf dan mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Semoga tugas ini
dapat manfaat dan terima kasih.
Medan,
April 2013
Agita Sara
1013011114
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR……………………………………………………………..2
DAFTAR ISI……………………………………………………………………….3
BAB I
PENDAHULUAN…………………………………………………………...4
BAB II
HASIL
WAWANCARA
a. Identitas Guru…………………………………………………………..............10
b. Verbatim Wawancara…………………………………………………..............11
c. Hasil Wawancara……………………………………………………………….16
BAB III
PEMBAHASAN…………………………………………………………...17
BAB IV
KESIMPULAN……………………………………………………………19
BAB V
TESTIMONI
DAN SARAN………………………………………………20
BAB VI
DAFTAR
PUSTAKA ……………………………………………………..21
BAB I
PENDAHULUAN
Paedagogi atau seni
dalam mengajar. Ilmu mengajar bisa dipelajari dimanapun dan kapanpun, baik itu
individual, kelompok ataupun di lembaga-lembaga. Dan seni mengajar itu dapat terlihat saat berinteraksi dengan
murid-murid. Maksudnya berinteraksi dengan murid adalah penyampaian ilmu yang
akan diajarkan kepada murid-murid. Sebagai pengajar seharusnya mengetahui dan mengerti
dengan apa yang akan di sampaikan kepada murid-murid. Dan cara penyampaiannya
pun berbeda-beda, tergantung dari pengajarnya. Dalam hal ini penyampaian
seorang pengajar kepada murid-muridnya haruslah mempunyai seni. Agar anak bisa
lebih mengerti akan materi dan tidak monoton yang bisa menyebabkan kebosanan
dari seorang anak. Banyak orang mengatakan bahwa mengajar adalah ilmu. Bagi
mereka, kegiatan belajar harus berbasis dan dipandu oleh ilmu, menekankan aspek
ilmiah dalam kegiatan pengajaran dan berfokus pada cara-cara melakukan
sistemasi komunikasi antara guru dan siswa. Ada juga orang yang mengatakan
bahwa mengajar adalah seni. Mereka berpendapat bahwa mengajar sebenarnya
melibatkan intuisi, improvisasi, dan ekspresi. Mengajar melibatkan penilaian
artistik yang bergantung pada ilmu pengetahuan. Sangat mungkin cara terbaik untuk
berpikir tentang mengajar adalah tidak menyebutnya sebagai seni atau ilmu,
melainkan profesi. Jadi mengajar itu adalah ilmu dan penyampaiannya itu dengan
seni dan guru adalah profesinya.
Awalnya
kita harus mengerti ilmu apa yang akan kita sampaikan dan dengan cara apa kita
mentransformasikannya kepada murid-murid. Dan cara mentransformasikan itulah
letak seni mengajarnya. Pembelajaran adalah seni kerjasama, pembelajaran selalu
melibatkan hubungan antara pikiran seseorang atau sekelompok orang. Hubungan yang
dimaksudkan adalah hubungan dua arah, misalnya guru memberikan dan siswa
menerima bantuan dan bimbingan. Guru memfasilitasi peluang belajar, menata
lingkungan edukatif, membangun keaktifan belajar, memotivasi belajar, dan
menangkap pikiran dan hati. Murid adalah subjek yang akan diajarkan yaitu mereka yang menerima dan mengikuti
disiplin yang ditentukan oleh guru untuk pengembangan pikirannya. Ini tidak
berarti murid pasif, melainkan murid dituntut untuk aktif.
Bisa kita cerna bahwa mengapa mengajar membutuhkan seni dan
ilmu, karena dalam mentransformasikan bahan ajar, diperlukan keahlian, keahlian
untuk membuat murid menjadi bermutu melalui pengetahuannya yang di dapat dari
pengajar. Membuat mereka menjadi seseorang yang berilmu tentu membutuhkan kerja
keras dan cara yang berbeda-beda karena pada dasarnya manusia mempunyai pribadi
dan karakteristik yang berbeda satu dengan yang lainnya. Suatu cara mengajar
kepada satu peserta ajar belum tentu cocok saat diberikan kepada yang lainnya.
Karenanya dibutuhkan seni daalm metode mentransformasikannya. Seni kreatif
penuh improvisasi untuk membuat suasana kelas tidak datar, sehingga bisa
terjalin keterikatan emosi antar semua orang dalam kelas, hingga pengajar dapat
memberikan motivasi dan dorongan dengan mudah serta efektif kepada peserta
ajar. Begitu pula dengan ilmu, mengapa mengajar merupakan ilmu, karena dalam
mengajar dibutuhkan pengetahuan. Dan hal yang kita sampaikan itu adalah ilmu
pengetahuan. Baik pengetahuan mengenai ilmu pembelajaran, pengetahuan mengenai
peserta didik, hingga pengetahuan mengenai situasi belajar. Maka pada saat
terjadi proses pentransformasian bahan pengajran tadi, tidak hanya semata-mata
memberikan bahan ajar, tapi bagaimana pengajar dapat mengemasnya dengan seni
dan ilmu yang tepat agar sampai tepat sasaran pula kepada murid yang
bersangkutan. Pengajar hendaknya merupakan orang berilmu dan dapat menghargai
keunikan setiap murid dalam kelasnya. Dikatakan bahwa pengajar berilmu harusnya
mencerminkan keterpelajaran, integritas pribadi dan kemampuan berkomunikasi
yang baik dengan murid. Dengan demikian diyakini bahwa proses transformasi
pengetahuan akan lebih efektif terjadi jika sudah mengerti akan apa yang
disampaikan dan cara penyampaiannya.
Keistimewaan adalah suatu kebajikan dan pembelajaran yang
sukses bertumpu pada karakter guru serta pengetahuan dan keterampilan yang
dimilikinya. Masyarakat dan sekolah menuntut kehadiran guru yang istimewa,
sekaligus member toleransi atas perbedaan masing-masing setiap guru. Dan
menjadi seorang pengajar haruslah cerdas. Maksudnya adalah cerdas dalam cara
penyampaian, cerdas membaca karakteristik murid, cerdas membaca keadaan dan
situasi dan cerdas dalam improvisasi hal pengajaran. Cerdas adalah integritas.
Dapat dibagi dalam tiga makna yaitu yang pertama, kejujuran tercermin dari
perinsip hidup dan keterusterangan yang layak. Kualitas ini sangat penting bagi
kehidupan setiap orang. Dan dalam menjadi seorang guru ini dituntut karena guru
adalah teladan atau contoh buat murid-muridnya bahkan bagi setiap orang. Kedua,
integritas berupa kelengkapan atau kesatuan karakter, rasa percaya diri, dan
identitas pribadi yang menunjukkan diri sebagai pribadi yang hebat. Dan guru
yang berintergritas mampu menunjukkan kepercayaan diri secara benar karena dia
punya integritas, belajar mengendalikan ambiguitas, serta membebaskan diri dari
tekanan dan pembatasan hidup dan juga berkemampuan mengendalikan siswa. Ketiga,
kemampuan berkomunikasi. Kemampuan berkomunikasi dengan murid dan anak- anak
muda harus mampu menikmati antusiasme di tengah-tengah suasana yang berisik dan
intens bagi mereka untuk bertumbuh menjadi dewasa. Artinya guru harus memiliki
kemampuan berempati, mampu melihat situasi siswa ke dalam situasi dirinya. Dan
bisa menjadi pendengar yang komplusif. Tidak mengejek atau meremehkan siswa dan
anak muda. Dan guru juga harus lah bisa mengambil pembelajaran dari setiap apa
yang terjadi karena hidup ini adalah suatu proses pembelajran juga. Dan guru
juga haruslah menjalin hubungan baik dengan siswanya karena dalam proses belajr
dan mengajar nantinya hubungan antara pengajar dan murid akan sangat tinggi
intensitasnya dan pengaruh kedepannya.
Beberapa
contoh yang menggambarkan guru yang baik dan diterima oleh siswanya, yaitu :
1.
Mengenali dan mengetahui nama-nama muridnya dan memanggil mereka dengan namanya
2.
Menerima salam dari rekan dan muridnya secara menyenangkan
3.
Mmampu menyesuaikan diri atau bermain peran pada situasi, kondisi, dan
kepentingan yang berbeda, misalnya dalam konseling, member arahan, memandu minat
dan hobi siwa atau dalam situasi yang free.
4.
Memngingat sesuatu hal yang dikhawatirkan siswa dan menanyakan kembali
bagaimana perkembangannya.
5.
Menolak gerakan sarkastik jika melucu atau berkelakar kepada rekan dan siswanya
6.
Tidak membiarkan ucapan rekan atau siswanya yang mengarah pada penghinaan yang
berbau etnis ataupun seks.
7.
Teliti mengikuti dictum
8.
Menceritakan kebenaran kepada murid dan rekan dengan mempertimbangkan dimensi
waktu dan situasi.
9.
Tidak meng-gosip tentang murid atau
rekannya kepada orang lain.
10.
Jujur dalam setiap hal
Guru
yang baik sangat cermat dalam bertutur dan bertindak. Haruslah bersifat
kondutif dan bermartabat. Misalnya:
1.
Bersihkeras mempertahankan alasan dan meluangkan waktu untuk memberi dan
menerima alasan. Menghindari tindakan membuat alasan yang tidak beralasan. Dan
sabar.
2.
Mengetahui perbedaan antar setiap murid.
3.
Menanyakan dan mendengarkan setiap keluhan murid
4.
Bisa menempatkan diri
5.
Fleksibel dengan pemikiran karena adanya bukti-bukti yang logika
Contoh lain guru yang cerdas dan baik adalah tidak terlambat
masuk kelas atau memotong waktu pengajar demi kepentingan pribadi, memberi
respon kepada siswa secara cepat,tepat dan akurat, bekerja keras dan cerdas,
semua dokumen tertata dan rapi, melayani dengan tepat waktu, mengutamakan
formalitas diruang kelas, menunjukkan dan menandakan kejujuran intelektual yang
tinggi dan teliti, berdiri atas pemikiran yang jernih dan adil dimanapun
berada, mengetahui dan memahami perbedaan karakteristik siswa, tidak
membanding-bandingkan siswa.
Ada juga hal-hal kecil yang harus diperhatikan guru seperti
mengharapkan siswa bisa melakukan lebih dari apa yang telah diharapkan siswa,
menekankan hal positif, berhati-hati memuji pekerjaan siswa maksudnya memuji
siswa boleh saja tapi lebih spesifik agar siswa tidak sombong tapi bisa
melakukan hal yang baik untuk berikutnya bahkan lebih baik lagi, berhubungan
baik dengan siswa, menunjukkan keramahan secara jujur, dan tidak gampang
menyerah.
Paedagogi ini sudah berkembang dan mencapai pada tahap abad
ke 21. Maksudnya paedagogi abad 21 adalah adanya progress atau perkembangan
dari paedagogi ini. Adanya kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, termasuk
TIK yang melahirkan kemajuan besar dalam pola pembelajran yang mengikuti perubahan
jaman. Seni dalam mengajar ini mengikuti perubahan seiring perubahan jaman,
karena jaman berkembang dan ilmu pun semakin banyak jadi kita harus bisa peka
dan menyesuaikan diri dengan perubahan jaman. Dengan memanfaatkan teknologi
yang ada misalnya.
Sebagai ilmu atau teori dan seni atau praktik mengajar,
pedagogi termasuk dalam kategori pengetahuan pedagogis formal dan pengetahuan
pedagogis vernacular. Pedagogi formal bermakna pedagogis teoritis dan ilmiah,
sedangkan pedagogi vernacular merupakan kata lain dari pedagogi praktis.
Pedagogi formal atau pedagogi ilmiah merupakan
upaya mengembangkan prinsip-prinsip dan teori-teori pedagogi yang
efektif melalui penelitian yang sistematis, lebih abstrak dan lebih umum dari
pedagogi vernacular atau pedagogi praktis. Pedagogi formal atau teoritis
didukung pengalaman dasar yang kuat, istimewa dan dibangun atas fondasi kejian
empirik selama proses mengajar dan belajar (Moore,2000).
Menurut
Carpenter (2001) ada dua fungsi penelitian pedagogis, yaitu
1.
Untuk menghasilkan pengetahuan baru tentang pengajaran dan pembelajaran
2.
Untuk memungkinkan guru atau pengajar memahami, menjelaskan, membela,
membenarkan, dan bila perlu memodifikasi paedagogi
Bagi guru kekuatan pedagogi ilmiah adalah membuat
pembelajaran semakin praktis dilihat dari prisma konsep teoritis. Jadi lebih
bagaimana penyampaian teoritisnya dengan mengaplikasikannya kepada
murid-muridnya. Paedagogi ilmiah ini lebih ke teori-teorinya ataupun ilmu
pengetahuannya dan pedagogi praktis ini adalah bagaimana penyampaiannya atau
aplikasinya kepada murid agar menjadi praktis dan murid lebih mudah
menerimanya. Dihibungkan dengan abad 21 dengan teknologi yang ada,
pengaplikasiannya dan penyampaian bisa menggunakan teknologi yang ada. Karena
jaman sekarang ini ilmu yang menggunakan teknologi sangat cepat diterima oleh
murid-murid.
Dan secara sistematis, progress, ilmu teoritis dan
penyampaian atau aplikasinya harusnlah dipikirkan secaran matang dan
sistematis. Sesuai dengan struktur yang ada. Mampu mempertimbangkan tujuan
pemeberian ilmu dan nilai-nilai yang mendukung, memaksimalkan teori tentang
mengajar, mengetahui konsep-konsep yang berbeda dari mengajar, adanya
pengetahuan tentang model pengajaran dan pembelajaran dan interaksi dinamis
karakteristik siswa, karakteristik lingkungan belajar, tuntutan tugas, proses
pengajaran dan pembelajaran, dan berbagai jenis pembelajaran. Juga memahami
pengoperasian pedagogi di dalam kelas serta pengetahuan dan keterampilan untuk
mengevaluasi praktik, penelitian dan teori yang berkaitan dengan pendidikan.
Jika tadi membahas tentang pedagogi abad 21 dan sekarang
masuk ke tahap TIK dan fenomena kontemporer. Seorang pengajar harus mempunyai
pertanyaan-pertanyaan esensial, maksudnya seorang guru yang efektif harus
menghabiskan banyak waktu untuk pertanyaan-pertanyaan strategis yang berkaitan
dengan masalah-masalah pedagogis. Misalnya, penilaian kebutuhan seperti
kebutuhan pendidika dan materi pembelajaran apa yang akan diberikan.
Pertumbuhan professional seperti bagaimana cara meningkatkan mutu pengajaran di kelas. Mampu menumbuhkan
budaya di kelas. Mempunyai strategi daalam menyampaikan agar hasilnya maksimal.
Bagaimana guru dapat membuat media pembelajaran di kelas dan apa kegunaannya.
Bagaimana cara terbaik dalam pemecahan masalah. Bagaimana guru bisa mengatur
semua aspek dan bagaimana penggunaan TIK dalam pembelajaran yang memenuhi
kriteria pedagogi.
Kita juga harus memberikan yang terbaik agar pedaogogi ini
berjalan dengan efektif. Dan pedagogi efektif ini bisa dilakukan dengan cara
menciptakan lingkungan yang menunjang pembelajaran, mendorong pemikiran
reflektif, meningkatkan revelensi pembelajaran baru, memfasilitasi pembelajran
bersama, membuat sambungan ke pembelajaran dan ke pengalaman sebelumnya, cukup
memberikan kesempatan untuk belajar dan menyelidiki hubungan antar belajar dan
mengajar. Mempunyai pemikiran reflektif dengan seiring berjalannya waktu,
kreatifitas dan kemampuan mereka akan berkembang sehingga bisa berfikir kritis
dan objektif tentang ide dan informasi yang mereka dapatkan serta kemampuan
metakognisinya. Proses pembelajaran itu bisa dilakukan kapan saja dan disini
dituntut akan adanya pembelajaran baru, maksudnya guru merangsang mereka dengan
rangsangan-rangsangan agar anak mampu mencari tahu tentang hal-hal baru yang
baik untuk pengetahuannya serta mendapatkan pembelajaran baru dari setiap apa
yang dilakukannya. Pembelajaran juga bisa dilakukan secara bersama-sama dan
saling membantu. Adanya koneksi pengalaman dan mempunyai kesempatan belajar
yang banyak karena kita mempunyai banyak sekali waktu untuk belajar karena
sebenarnya dari setiap apayang terjadi dan apa yang kita lakukan adalah proses
dari pembelajaran dan pemikiran serta sikap apa yang seharusnya kita ambil dari
pembelajaran tersebut yang akan menghasilkannya.
Perkembangan teknologi sangat pesat terjadi, murid bisa
belajar kapanpun dan dimanapun dia mau dengan menggunakan teknologi yang ada.
Seperti kemudahan menggapai jaringan internet, murid bisa mengambil ilmu hanya
dengan menggunakan internet. Tapi sebagai pengajar kita harus member tahu
mereka apa yang seharusnya mereka lakukan dengan internet dan apa yang
seharusnya tidak agar mereka tidak salah langkah. Dan dengan pemanfaatan
audio-visual, seperti penggunaan infocus juga memberikan rasa ketertarikan pada
anak sehingga bisa lebih paham dan mengerti dengan proses pengajaran dan ilmu
pengetahuan yang disampaikan.
Terakhir
adalah kenikmatan belajar, jika guru sudah memenuhi kreiteria dia atas dan
melakukan apa yang seharusnya dilakukan maka murid akan merasakan bagaimana
nikmatnya belajar. Dan karena murid telah merasakan nikmatnya belajar, murid
akan lebih cepat menerima dan mencerna apa yang disampaikan karena dia telah
merasakan kenikmatan dari penyampaian kita dan pemikirannya akan lebih terbuka
untuk menerima pengetahuan yang disampaikan oleh pengajar.
BAB II
WAWANCARA
A.
IDENTITAS GURU
Nama : ESP
Lulusan : Sastra Inggris dari salah satu Universitas swasta di Medan
Pengalaman
Bekerja : 13 tahun (2000-sekarang)
Riwayat Bekerja : - Mengajar kelas playgroup (2000-2003)
-
Mengajar Kursus bahasa
Inggris semua usia (2000-sekarang)
-
Mengajar Kursus olah vokal
semua usia (2000-sekarang)
-
Mengajar Kursus bermain
musik semua usia (2000-sekarang)
-
Guru salah satu Sekolah
swata TK dan SD (2009-sekarang)
-
Dosen di dalah satu
Universitas swasta di Medan (2010-sekarang)
Tempat
wawancara : GBKP Setia Budi
Tanggal
wawancara : 14 April 2013
Waktu
wawancara : 11.00 wib
B.
VERBATIM WAWANCARA
Gita : Halo
kak, selamat hari Minggu, apa kabarnya Hari ini? (bersalaman)
ESP : Selamat
hari Minggu juga dekku, kabar baik. Kam apa kabar? Bagaimana kuliahndu?
Gita : Kabar
baik juga kak. Kuliah? Adalah tugas gita mewawancarai guru mengenai pendidikan.
Kakak mau nolongin gita?
ESP : hahahaha……
Gita : Sudah
berapa lama kakak ngajar kak?
ESP : ih,
lama kalipun..
Gita : Boleh
lah yakan kak? (sambil mengedip-ngedipkan mata)
ESP : Dimana
kam mau? Sekarang?
Gita : Sihiy….
disini aja gimana kak? (ruang dimana pendeta dan pelayan lainnya melakukan
persiapan. Ada meja dan kursi tertata rapi ada pendingin ruangan serta tidak
ada pengganggu dalam arti keadaan benar-benar tenang dan nyaman).
ESP : Boleh…
Gita : (menyiapkan
buku dan puplen untuk mencatat yang perlu dicatatan dan melihat
pertanyaan-pertanyaan yang akan di tanyakan).
Oia, sebelumnya nama dan
identitas kakak nantinya hanya inisialnya aja kok yang gita cantumkan..
ESP : Lanjut…..
Gita : Langsung
kita mulai ya kak.. Dari mulai kapan kakak memasuki dunia menjadi seorang
pengajar?
ESP : Dari
kakak tamat SMA dek. Itu pada tahun 2000.
Gita : Boleh
certain dikit gimana ceritanya kak?
ESP : Awalnya
kakak Cuma suka mengajari orang-orang disekitar kakak. Lalu ada yang memberikan
uang sebagai upah. Tapi kakak menolak karena kakak pure mengajarinya tanpa mengharapkan apapun. Dan jika anak yang
kakak ajarkan mendapat nilai yang baik itu sudah cukup buat kakak bahkan kakak
sering memberikan reward kepada anak
yang mendapat nilai baik. Tapi seiring berjalannya waktu semakin banyak
orangtua yang kakak kenal ingin anaknya diajarkan oleh kakak di rumah nya
masing-masing tapi orang tua ini member syarat harus membayar apa yang telah
kakak berikan. Tapi kakak sama skali tidak mematok berapa yang harus diberikan
kepada kakak karena kakak juga senang melakukannya. Dan seiring berjalannya
waktu kakak jadi mendapat gelar guru les privat.
Baik itu tentang pelajaran ataupun seni. Semakin hari kakak semakin enjoy karena sambil kuliah kakak bisa
menghasilkan pula dan membayar uang kuliah kakak sendiri, tanpa harus
merepoatkan orangtua. Dan setelah tamat kuliah kakak malah mendalami profesi
sebagai seorang guru sampai saat ini.
Gita : Oh, begitu ya kak. Jadi dengan
seiring berjalan waktu dan kakak senang melakukannya makanya sampai saat ini
kakak menjadi seorang pengajar? Tidak mau pilih profesi lain gitu kak selain
pengajar? Kenapa memilih profesi sebagai pengajar?
ESP : Engga,
karena profesi sebagai pengajar itu berdampak sangat besar walaupun
penghasilannya kecil.hahhaa…
Gita : Maksudnya
kak?
ESP : Dampaknya
besar itu maksudnya resikonya yang besar, jika tidak dilakukan secara
professional ilmu yang kita punya dan yang kita sampaikan harus tepat sasaran,
jika tidak akan menyebabkan kesalah pahaman dan itu menyangkut masa depan
murid-murid.
Gita : Motivasi
apa yang mendasari kakak menjadi seorang pengajar?
ESP : hemmm…
gini.. Banyak orang mengajar dengan tidak benar sehingga hasilnya pun menjadi
tidak benar. Jd motivasi kakak sebagi seorang pengajar adalah ingin mengajar dengan
benar agar hasilnya juga benar.
Gita : Benar
gimana maksudnya kak?
ESP : Benar
dalam arti apakah penyampaian ilmu pengetahuan yang disampaikan sudah tepat
atau belum? Kena sasaran atau tidak? Bagaimana penggunakan alat bantu saat
mengajar?apakah yg diajarkan sesuai dgn kurikulum?ada materi tambahan atau
apa?karena itu mempengaruhi, bahkan sangat mempengaruhi makanya sebagai seorang
pengajar kita harus benar dalm penyampaian karena itu menyangkut masa depan
murid yang kita ajarkan. Dan itu tidak mudah. Dan saat kita melihat hasil dari
apa yang mereka peroleh ada kepuasan tersendiri yang kita rasakan. Yah, kayak
Gita ngajar sekolah minggu juga, kalau salah penyampaiannya bisa-bisa anak
sekolah minggunya ga pergi ke gereja lagi.. gituu git, ngerti maksud kakak kan?
Gita :
hahaha iya kak ngerti-ngerti dan saya merasakannya ketika adik-adik bisa tahu
saat gita Tanya tentang materi yang gita sampaikan beberapa minggu lalu mereka
masih ingat dan rasanya bangga hahhaaa. Tapi ada beberapa yang tidak rasanya
sedikit kecewa tapi gita harus berusaha lebih keras lagi disini kan? Hihiii Oke..
Lanjut, bagaimana pandangan kakak tentang pendidikan?
ESP : Pendidikan
itu sangat luas git. Seperti halnya pendidikan di Indonesia ya, menurut saya pendidikan
di Indonesia ini kurang feksibel. Dalam arti tidak bisa menyesuaikan dengan
keadaan. Tidak bisa menyesuaikan dengan keadaan dan perubahan jaman. Kurang
peka dan kurang mengikuti proses yang udah berkembang. Padahal kan jaman selalu
berkembang lebih luas, tapi pendidikan di Indonesia lambat dalam mengikuti
perkembangan ini.
Gita : Kurang
up to date lah ceritanya ya kak?hahaa
oia, tadi sebelumnya kakak bilang menggunakan alat bantu yakan? Alat bantu
seperti apa yang kakak maksud disini?
ESP : Alat
bantun seperti gambar, cd, kaset dan lain-lain. Lebih ke audio-visual yah kayak penggunaan infocus, laptop dan teknologi git. Jadi teknologi yang sudah
berkembang kita manfaatkan untuk penyampaian. Kan sayang jaman udah canggih
tapi tidak dimanfaatkan.
Gita : udah
tahun 2013 juga yah kak harus mengikuti perubahan jaman. Hem, tadi kan
pandangan kakak tentang pendidikan kurang baik karena kurang fkelsibel seperti
itu kan kak? Nah, usaha apa saja yang sudah pernah kakak lakukan untuk
meningkatkan mutu pendidikan kak?
ESP : Banyak,
seperti yang kakak bilang tadi kurang mengikuti jaman dan kakak berusah
mengikuti jaman disini seperti penggunaan banyak alat bantu untuk memaksimalkan
pemahaman akan konsep yang akan kakak berikan, meminimalisasikan waktu ceramah
dengan memaksimalkan waktu diskusi dengan anak2, karena menurut kakak kalau
kita kelamaan ceramah maka murid akan bosan. Kan kita mengajar, mengajar supaya
mereka mengerti. Jadi bagaimana cara membuat mereka mengertilah yang seharusnya
kita lakukan sebagai seorang pengajar. Lalu kakak juga setelah memeriksa hasil
tugas mereka kakak selalu membahasnya kembali di kelas agar mereka mengerti dan
lebih paham salah dan benarnya mereka agar mereka bisa memperbaiki kesalahan
dan meningkatkan yang sudah benar.
Gita : Oh
gituuuu trus bagaimana sudut pandang kakak sebagai guru dalam memandang
peserta
didik?
ESP : Peserta
didik itu adalah mereka yang menjadi sebagai penerima konsep yang mereka belum
tahu,jadi sangat diharapkan bahwa setelah belajar dan menerima konsep yang
pengajar berikan dia menjadi tahu konsep yang tadinya dia tidak tahu menjadi
tahu.. Jadi intinya pendidik atau guru itu sebagai media pemberi dan murid itu sebagai
penerima.
Gita : Oke,
makanya tadi di awal kakak bilang harus benar yaa. Trus apa filosofi kakak
dalam mengajar?
ESP : Mengajar
itu pengabdian dan pengorbanan. Kenapa?kayak kakak bilang di awal tadi git penghasilannya
kecil tapi dampaknya besar sekali. Karena kita tidak bisa kaya kalo menjalani
profesi sebagai guru karena kita lebih banyak berkorban misalnya berkorban
materi dan waktu. Serta pengabdian, karena konsep yang sekali diajarkan
berdampak sampai selamanya. Dan menurut kakak Guru adalah profesi yang tidak
mengenal kata pensiun karena proses pembelajaran itu berlangsung seumur hidup.
Setiap detik setiap waktu adalah proses pembelajaran.
Gita : Gita
juga setuju dengan itu kak J lalu pendekatan apa saja yang sudah
kakak lakukan dalam mengajar.
ESP : Meminimalisasi
waktu berbicara atau ceramah, mendengarkkan dan mengutamanakan pendapat mereka
karena dari situ kita bisa mengenal karakter dan pola pikir merka. Jadi kita tahu
keluh kesah mereka, apa yang mereka rasakan sehinggakita juga jadi tahu harus
berbuat apa. Karena karakteristik setiap orang kan berbeda, jadi salah satu
cara pendekatannya ya seperti itu git…
Gita : iya
kak, karena setiap orang diciptakan berbeda yah..
Pertanyaan
terakakhir nih kak hehehe Gimana biasanya cara kakak mengajar?
ESP :
Kakak tuh ngajar tidak pernah duduk git, kakak selalu berjalan kearah siswa,
atau mengelilingi ruangan kelas. Menuntut peran aktif siswa. Penggunaan alat
bantu dan metode diskusi juga sering kakak lakukan. Yah karena mengajar itu
juga ada seni nyaaa. Biar murid-murid bisa focus dan tidak bosan..
Gita : Jadi
bukan nyanyi aja yang ada seni nya ya kak, mengajar juga. Contohnya kak?
ESP
: yah
itu tadi git, metodenya ganti-ganti tidak hanya ceramah saja. Trus penggunaan audio-visual juga. Pokonya cara penyampaian ilmunya harus
berseni agar lebih indah dan tepat sasaran. Gituuuuuu……
Gita : oh
gitu kak. Okedeh.. Jadi adanya seni dalam penyampaian pengajaran itu penting
yaa kan kak. Data gita udah lengkap nih kak. Terima Kasih banyak ya kak. Semoga
banyak pengajar-pengajar lain yang memberikan sentuhan seni ke dalam
pengajarannya. Tuhan berkati kak…
ESP : Sama-sama
dekku.. Tuhan berkati juga..
(bersalaman
lagi…)
C. HASIL WAWANCARA
Dari hasil wawancara dapat dilihat bahwa ternyata beliau
mengerti akan apa tujuan utamanya menjadi seorang pengajar dan beliau mengikuti
pergerakan kemajuan jaman walaupun sedikit mengeluhkan perkembangan pendidikan
di Indonesia. Dan juga beliau member sentuhan seni saat memberikan pengajaran
kepada muridnya. Beliau cukup mengerti dan mengenali murid-muridnya dan apa
yang muridnya inginkan. Beliau mempunyai harapan besar untuk perkembangan
pendidikan di Indonesia dan Beliau juga tulus menjadi seorang pengajar, bukan
karena unsur paksaan. Dan sampai saat ini beliau masih menjadi seorang pengajar
bahkan sangat menikmati profesi ini.
BAB III
PEMBAHASAN
Dilihat dari hasil wawancara diatas jika dilakukan
pembahasan dan dikaitkan dengan teori yang ada di buku adalah cukup memenuhi
kriteria seorang guru karena beliau berusaha mengenali karakteristik
murid-muridnya, berusaha menyatu dan mendekatkan diri dengan muridnya. Beliau
juga mengajar dengan tulus dari hati dan tanpa unsur paksaan. Dihubungkan
dengan paedagogi atau seni dalam mengajar, beliau mengerti seni dalam mengajar
itu harus ada dan beliau juga tahu apa yang harus beliau lakukan saat mengajar
dan seni apa yang dimaksudkan. Beliau juga cukup mengikuti perubahan jaman
seperti pada teori pedagogi progresif, yaitu kemajuan atau perkembangan akan
ilmu pengetahuan dan teknologi. Beliau
juga menggunakan teknologi dalam penyampaian pengajarannya seperti cd, kaset, infocus, audio-visual dan lain-lain. Beliau juga mendekatkan diri
kepada murid-muridnya agar tidak salah langkah karena beliau menyadari ini
adalah hal dan tanggung jawab yang sangat besar karena sangat mempengaruhi masa
depan murid yang diajarkannya.
Beliau juga termasuk pengajar yang cerdas seperti yang sudah
dibahas di pendahuluan tadi bahwa cerdas dalam cara penyampaian, cerdas membaca
karakteristik murid, cerdas membaca keadaan dan situasi dan cerdas dalam
improvisasi hal pengajaran. Cerdas adalah integritas. Dapat dibagi dalam tiga
makna yaitu yang pertama, kejujuran tercermin dari perinsip hidup dan
keterusterangan yang layak. Kualitas ini sangat penting bagi kehidupan setiap
orang. Dan dalam menjadi seorang guru ini dituntut karena guru adalah teladan
atau contoh buat murid-muridnya bahkan bagi setiap orang. Kedua, integritas
berupa kelengkapan atau kesatuan karakter, rasa percaya diri, dan identitas
pribadi yang menunjukkan diri sebagai pribadi yang hebat. Dan guru yang
berintergritas mampu menunjukkan kepercayaan diri secara benar karena dia punya
integritas, belajar mengendalikan ambiguitas, serta membebaskan diri dari
tekanan dan pembatasan hidup dan juga berkemampuan mengendalikan siswa. Ketiga,
kemampuan berkomunikasi. Kemampuan berkomunikasi dengan murid dan anak- anak
muda harus mampu menikmati antusiasme di tengah-tengah suasana yang berisik dan
intens bagi mereka untuk bertumbuh menjadi dewasa. Artinya guru harus memiliki
kemampuan berempati, mampu melihat situasi siswa ke dalam situasi dirinya. Dan
bisa menjadi pendengar yang komplusif. Tidak mengejek atau meremehkan siswa dan
anak muda. Dan dari hasil wawancara tadi kurang lebih beliau ada didalamnya.
Jika
membahas tentang frustasi sepertinya beliau selama tigabelas tahun menjalani
profesi sebagai pengajar, beliau belum mencapai tahap frustasi karena beliau
sangat enjoy dan menikmati setiap momennya.
Paedagogi teoritis, ilmu yang diberikan beliau cukup
teoritis dan ilmiah dan cara mengaplikasikannya pun cukup bervariasi dan
berseni karena beliau cukup memahami bagaimana murid-muridnya dan bagaimana
cara penyampaian yang tepat. Begitu juga dengan penggunaan teknologi. Beliau
juga memanfaatkan teknologi yang berkembang dan sangat canggih sekarang ini.
Jadi,
secara garis besar beliau cukup mengerti apa itu paedagogi apa itu seni dalam
mengajar.
BAB IV
KESIMPULAN
Kesimpulan
yang dapat ditarik dari hasil wawancara dan pembahasan dengan teori diatas
adalah pendidikan di Indonesia ini kurang baik dan kurang mengikuti
perkembangan jaman. Tapi dari apa yang telah dilakukan seorang pengajar yang
saya wawancarai cukup memenuhi kriteria seorang pengajar yang bisa tulus
menyampaikan materi, berusaha, rela berkorban demi masa depan muridnya,
berusaha mengerti akan apa keinginan muridnya, kelebihan dan kekurangannya. Dan
juga beliau mengerti bagaimana cara penyampaian materi yang terbaik kepada
murid-muridnya dan sadar akan apa yang terjadi jika beliau sampai salah
menyampaikan materi, sadar akan apa dampaknya oleh karena itu beliau rela
berkorban dan mengabdi demi masa depan yang terbaik buat muridnya. Dan beliau
juga merasakan kenikmatan tersendiri saat muridnya memperoleh atau tamat dengan
nilai yang sangat baik. Bangga saat muridnya berprestasi karena beliau merasa bahwa
beliau berhasil melakukan pekerjaan nya dengan baik karena hasil akhirnya sangat
memuaskan.
BAB V
TESTIMONI
DAN SARAN
Menurut saya jika saja semua pengajar mengerti atau menyadari apa itu
mengajar mengerti dan menyadari apa itu profesi sebagai pengajar dan menyadari dampak
apa yang akan terjadi mungkin pendidikan di Indonesia bisa berkembang pesat dan
member perubahan di Indonesia. Sehingga menjadi Negara yang pintarv dan kaya.
Saran saya adalah ada baiknya jika semua pengajar mengetahui atau mencari
tau dan mengerti apa itu pedagogi dan apasih sebenarnya yang harus dilakukan seorang
pengajar. Bukan hanya sekedar mengajar dan selesai. Jadi lebih mendalami dan lebih
menyatu dengan profesinya.
Terima kasih….
BAB VI
DAFTAR PUSTAKA
Danim,
Sudarwan, (2010), Pedagogi, Andragogi,
dan Heutagogi. Bandung: Alfabeta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar